Minggu, 29 April 2012

Ayah Tiriku Merampas Keperawananku


sejak ibuku menikah dengan Pak Jamal (nama samaran), kami sekeluarga harus pindah kerumah Pak Jamal yang cukup besar menampung keluarga kami. menampung ibuku, Bu Dian (nama samaran). adikku Fitri (nama samaran). dan aku sendiri Desi (nama samaran). Pak Jamal adalah seorang juragan di desa kami. tak tahu kenapa Pak Jamal sampai bisa menikah dengan ibuku yang seharinya berjualan jamu gendong keliling desa. aku sendiri masih duduk di bangku sekolah menengah atas dan adikku Fitri masih berumur tiga tahun.
hasil dari berjualan jamu memang tak cukup menghidupi keluarga kami. terpaksa, untuk menyambung kehidupan keluarga ibu rela menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Pak Jamal. Pak Jamal sendiri sudah mempunyai dua orang isti di desa kami. selentingan kabar yang kudengar, Pak Jamal memang hobi sekali menikah. namun, harta kekayaannya bisa menghidupi seluruh keluarganya. termasuk keluargaku yang baru genap dua bulan menjadi bagian keluarga besar Pak Jamal.

seperti biasa, pulang sekolah aku langsung membereskan rumah. ibu masih keliling berjualan jamu. sore hari nanti ia baru akan pulang kerumah. selama berjualan jamu, adikku Fitri dititipkan oleh tetangga sebelah rumah kami. Mbok Yum namanya (nama samaran). Mbok Yum seorang janda, hidup sebatang kara disebuah rumah petak. anak-anaknya pergi merantau ke kota, dan tak pernah kembali lagi. kesehariannya hanya duduk didepan teras rumah memandang ke jalan. namun, sejak kami sekeluarga diberi rumah ini oleh Pak Jamal, Mbok Yum jadi tak pernah kesepian. karena memang Fitri yang menemaninya seharian.
aku masih membereskan rumah. menyapu, mengepel, memasak nasi, dan memberi ayam peliharaan kami makan. tiap hari kulakukan kegiatan yang sama. melelahkan memang, namun sebagai seorang anak apalagi anak tertua. aku harus melakukan kegiatan ini, demi membantu ibuku.

tok tok tok

suara pintu diketuk. siapa gerangan yang bertamu siang-siang seperti ini? mungkinkah Mbok Yum yang mengantar Fitri? atau ibuku yang pulang lebih awal karena dagangan jamunya habis di borong? aku beranjak meninggalkan halaman belakang.

"assalamualaikum"
"waalaikumsalam"

kubuka pintu.

"eh, bapak. kirain siapa. masuk pak!" ternyata ayah tiriku, Pak Jamal.
"iya. ibumu mana Des?"
"ibu masih keliling pak. tunggu aja, nanti sore juga pulang kok. mau minum apa pak? biar Desi bikinin"
"oh, masih keliling ya. iya, bapak tunggu. kopi ada Des?"
"kopi? ada pak. sebentar Desi buatin"
aku ke dapur membuatkan kopi untuk ayah tiriku. sebenarnya tak ada masalah jika ibu memutuskan untuk menikah dengan Pak Jamal. semua ini demi kelangsungan keluarga kami. dan aku pun menyetujuinya. selama Pak Jamal bertanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga, yaitu menafkahi keluarga kami. dan ternyata terbukti. kopi selesai kubuatkan dan kuantar ke ayah tiriku.
"ini pak kopinya"
"iya. makasih ya"
"bapak pucat sekali. apa kurang sehat?" tanyaku.
"iya Des. bapak kurang enak badan. udah tiga hari bapak meriang"
"lho? emangnya nggak berobat pak?"
"ah, bapak nggak percaya sama dokter. lebih baik uangnya untuk kamu sekolah, daripada untuk dokter"
bijaksana sekali ayah tiriku.
"semalem bapak dirumah mbak Susi. jadi nggak sempet kesini"
"nggak apa-apa pak. kan harus adil"
Susi adalah istri kedua Pak Jamal. istri yang pertamanya Mbak Yati. sedangkan ibuku istri ketiganya.

"Desi kebelakang dulu ya pak. cucian masih numpuk dikamar mandi"
"oh, iya iya. bapak biar disini aja nunggu ibumu"
kutinggalkan ayah tiriku diruang tamu. cucian kotor memang menumpuk dikamar mandi. dan harus segera kubersihkan. aku tak mau ditegur ibu. ayahku biar beristirahat diruang tamu. nanti kalau pun mengantuk, ia akan segera menuju kamar ibu dan langsung tertidur pulas.

"Des..Desi.." panggil ayahku.
"iya pak" kutinggalkan cucian kotor yang sedang kubersihkan. 
"ada apa pak?" tanyaku.
"bantuin bapak dong Des"
"bantuin apa?"
"pijitin bapak sebentar. badan bapak nggak enak nih"
"a..apa harus Desi pak? nggak mau nunggu ibu?" tanyaku.
"ibumu masih lama. bapak udah nggak enak badan. sebentar aja"
"emmm..iya pak. lho? bapak mau kemana?" tanyaku karena ayahku malah berdiri meninggalkanku di sofa ruang tamu.
"dikamar ibumu aja. diruang tamu nggak enak"
"lho? kok dikamar pak? disini kan sama aja" tanyaku lagi.
"nggak enak dilihat tetangga. udah dikamar aja. sebentar aja"
iya pak"
"nanti bapak kasih uang jajan lebih buat kamu. gimana?"
"bapak bisa aja"
kami pun beranjak masuk kedalam kamar ibuku. ayahku tengkurap dengan telanjang dada diatas ranjang. sementara aku masih sibuk mencari minyak angin untuk memijit ayah tiriku. sebotol minyak angin, dan sedikit demi sedikit kuoles punggung ayah tiriku. terus kebawah, hingga ke pinggang. dengan tenaga sedikit besar terus kupijit badan ayah tiriku.
namun setelah cukup lama kupijit tubuh ayahku. tangannya menggerayangi pahaku. segera kutepis tangannya. aku merasa risih. beberapa kali tangannya ters menggerayangi pahaku. meraba-raba paha dan pantatku. aku selalu menepisnya. tindakannya bisa dibilang kurang ajar.

"pak, jangan macem-macem ah. nanti aku bilangin ibu lho" gertakku.
kemudian ia menghentikan aksinya. namun tak lama kemudian, tangannya kembali menggerayagi pahaku.
"pak, kalo sekali lagi bapak begitu. bener-bener aku bilangin ibu ya" gertakku. dan kali ini aku sangat serius.

bukan malah berhenti, ayah tiriku langsung menimpa tubuhku. ia bangun dan menindih tubuhku. aku gelagapan. aku berontak. namun sekuat apa pun aku berontak, ayah tiriku makin kuat menindihku. dadaku sesak. mulutku dibekap oleh tangan lebarnya. hingga suaraku tak terdengar. mulutnya menciumi leherku. lidahnya menggelitik telingaku. terus ia ciumi leher dan telingaku. aku tetap berusaha berontak. melepaskan cengkraman ayah tiriku. namun tenaganya lebih besar dan tubuhnya juga besar. aku tidak bisa berbuat apa-apa.
tangannya menarik baju sekolahku. kancing pun berhamburan, terlepas dari seragam sekolahku. mulutku masih dibekap tangan besar penuh urat. tubuh besarnya masih menindih tubuh mungilku. aku coba untuk teriak dengan sekuat tenaga, namun tetap saja tak keluar suara sedikit pun dari dalam mulutku. tak terdengar. tangan satunya menarik bra-ku. lepas. kini payudaraku telanjang tanpa penutup. ganas ia gerayangi payudaraku. dengan mulutnya, dengan bibirnya. sesekali remasan kuat ia lontarkan ke payudaraku. putingku dihisap. dijilat. nikmat, namun aku tak bersedia digagahi oleh pria tua bangka ini.
aku terus mencoba berontak. tetap saja hasilnya nihil. ayah tiriku makin kuat menindih tubuhku. tangannya makin kuat mendekapku. mataku berlinang air mata. aku menangis sejadi-jadinya. tangisanku tak digubris olehnya. matanya gelap. dibutakan oleh nafsu bejatnya. ia melepas sarung bantal. kemudian mulutku dibekap oleh sarung bantal. hingga tangannya bebas leluasa menggerayangi tubuhku. aku ditindih makin kuat. payudaraku diremas-remas. mulutnyapun aktif menyedot putingku. putingku di gigit-gigit pelan. tenagaku habis. aku lemas.
kali ini ayah tiriku melepas rok sekolahku. melepas celana dalamku. vaginaku diraba-raba. aku tetap menagis. air mata sudah banjir. vaginaku dicolok-colok oleh telunjuk besarnya. aku pasrah. kemudian ia jilati vaginaku. membuka lebar-lebar pahaku. posisiku mengangkang. kedua tangannya menahan pahaku agar tetap terbuka lebar. lidah dan mulutnya masih aktif memainkan vagina dan klitorisku. lama-kelamaan aku pun menikmatinya. namun ada perasaan sedih luar biasa. bagai disambar petir disiang hari. ayah tiriku menggagahiku.
ia masih terus menjilat klitorisku. dengan lihainya hingga basah vaginaku. kemudian ia membuka celana dalamnya. berdiri penis besar dengan urat menghiasi penisnya. besar. dan berbulu lebat. aku masih lemas. tenagaku habis akibat tindihan ayah tiriku. vaginaku basah akibat jilatan lidahnya. pipiku pun basah akibat air mata yang mengalir deras. aku masih terus menangis. sesenggukan.

penisnya besarnya mendekati lubang vaginaku.
"awalnya aja sakit. nanti lama-lama juga enak kok"

ia berkata seolah dengan istrinya. tangannya tetap menahan kedua pahaku. membuka lebar-lebar. ia menggesek-gesek penis besarnya di ujung lubang vaginaku. aku tetap menangis. ak masih punya harapan. ku kumpulkan sisa-sisa tenagaku. kutendang ayah tiriku kuat-kuat. ia terpental kebelakang. aku mencoba berdiri dan berlari keluar kamar. namun gerakan ayah tiriku lebih cepat. baru saja ingin kuputar kunci pintu tersebut. ayah tiriku menarik tanganku. melemparku kembali keatas ranjang. tubuh kecilku terhempas.

ia pun naik keatas ranjang. menampar pipiku. kuat. aku terjerembab.

"jangan ngelawan sama bapak!!" teriaknya kuat.

ia kembali menahan pahaku, membuka lebar-lebar pahaku. penisnya masih berdiri tegak. tanpa basa basi ia melesakkan penis besarnya masuk kedalam vaginaku.
"aaaaaaaaaaa.." aku teriak kuat. namun mulutku segera dibekap kembali oleh sarung bantal.
hilang sudah keperawananku.

aku masih menangis. rasa sakit dan perih merasuk kedalam vaginaku. ayah tiriku menggenjot penis besarnya, dalam masuk menyeruak kedalam vaginaku. tubuhku ditindih. kali ini dengan genjotan sedikit kuat. vaginaku bergetar. penisnya bergerak menari didalm vaginaku. tubuh berat yang menindih tubuhku membuat aku tak bisa bergerak. aku masih terus menangis. menangis kesakitan. dan menangis sedih, tega sekali ayah tiriku menyetubuhi anak tirinya sendiri.

"aaaahhh..aaaahhh" ia mendesah. aku meringis.

keringat menetes dari dahinya. setetes demi setetes, membasahi payudaraku. ia makin kuat menggenjot penisnya. penis, benda besar aneh yang saat ini maju mundur memasuki lubang vaginaku. membuat vaginaku bergetar hebat. tubuhku sedikit menggelinjang. nikmat. namun, kenikmatan itu kembali dikalahkan oleh status yang menempel. saat ini ayah tiriku menyetubuhiku. memperkosaku. merampas keperawananku.

"aaaaahhh..punya kamu masih rapet banget Des. aaaahhh..aaaahhh" katanya disela-sela genjotan penis besarnya.

tanganku mencengkram sprei. dan ayah tiriku masih terus menggagahiku. kali ini ia mencabut penis besarnya. menyeka keringat dari dahinya. memukul-mukul pelas penisnya di ujung lubang vaginaku. kemudian memasukkannya kembali. dalam. kali ini dengan genjotan penisnya yang cepat. aku kesakitan luar biasa. teriakanku tak berarti, karena sarung bantal yang membekap mulutku. ayah tiriku terus membenamkan penisnya dalam-dalam.
tubuhku menggelinjang hebat.

"aaaaaahhh..aaaaaahhh.." ia kembali mendesah. merasakan kenikmatan dari vaginaku. vagina anak tirinya sendiri.

keringat kembali menetes dari dahinya yang berkerut. pinggulnya bergoyang kuat. tubuhnya menindihku. sambil menggenjot penis besarnya, ia menghisap putingku. menggigit pelan putingku. meremas payudaraku.

"aaaaahhh..aaaaahhh.." desahannya keluar dari mulutnya.

vaginaku merasakan nikmat. tubuhku bergetar hebat. cengkraman sprei makin kuat.

"eeeeeeeee...eeeeeee" aku klimaks. tubuhku lemas. nikmat.
"haah..haaah..haah.. u..udah keluar ya? aaahhh..aaaahhh"

ia menyadari kalau aku telah klimaks. vaginaku banjir. namun, ayah tiriku tetap menggenjot penis besarnya. pinggulnya terus bergoyang. penisnya menusuk dalam.

"aaaaaahhh..aaaaaahhh"
ia mencabut penisnya. menyemburkan cairan putih dan hangat ke wajahku. cairan maninya membanjiri wajahku. ia pompa terus penis besarnya. mengharapkan setetes kenikmatan dari keluarnya cairan maninya. tetes demi tetes membanjiri wajahku. hingga pada tetesan terakhir. mulutku masih dibekap oleh sarung bantal. air mataku masih mengalir.

"aaaaaaahhh.." desahan penutup darinya.
"kamu hebat Desi. punya kamu masih legit" katanya dengan senyum kemenangan yang terpancar dari bibirnya.

menang, karena berhasil menyetubuhi anak tirinya sendiri. aku duduk, masih dengan tangisan menderu-deru. kulihat diatas sprei sebercak darah yang tergambar jelas. tangisanku makin kuat.
ayah tiriku berpakaian, lalu keluar dari kamar.

tinggallah aku duduk diatas ranjang. menangisi masa depanku. 


( bisa follow kita di @kilas17plus )
( yang mau share cerita atau pengalamannya bisa email: baesembarangan@gmail.com 


Kamis, 26 April 2012

Bercinta Dengan Penjaga Billiard

malam ini aku kembali menghibur diriku dengan bermain billiard. berdua dengan temanku Seno (nama samaran), kami berangkat menuju Pool 8. tempat main billiard favoritku. selain tempatnya bagus dan nyaman, di Pool 8 itu para pelayan billiardnya yang membuat nafsuku kadang naik. dengan busana serba minim dan wajah mereka yang cantik. aku betah berlama-lama disana.

"Git, jam berapa mau ke BL?" tanya Seno.
"bentar lagi ya. ketikan gue bentar lagi kelar nih" jawabku.

namaku Sigit (nama samaran), seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas ternama di jakarta. sudah empat tahun aku menimba ilmu di jakarta. aku asli Solo. hari ini aku sudah disibukkan dengan tugas-tugas akhir. malam ini aku ingin melepas semua beban dengan bermain billiiard. Seno sudah menunggu diluar kamar kost-ku. membakar rokok dan sibuk melihat i-phone nya dengan kepala tertunduk. segera kuselesaikan tugasku. ganti baju dan bersiap-siap menuju Pool 8.

"Git, buruan dong! udah jam sebelas nih. entar keburu rame" sungut Seno.
"iya, ini gue udah selesai. yuk cabut!" ajakku.

kami melesat menuju Pool 8. memacu motor matic milik Seno. setengah jam perjalanan menuju Pool 8. parkiran sudah dipenuhi mobil dan motor. tempat ini memang ramai dikunjungi pengunjung. kami masuk menuju lantai dua. tempat biasa ku bermain. aku punya kenalan seorang pelayan di Pool 8. Tita namanya (samaran). Tita adalah seorang gadis dari keluarga sederhana. ia mungil, cantik dan kulitnya putih. wajahnya imut. tiap ku bermain di Pool 8, aku selalu dilayani oleh dia. sehingga kami akrab sampai hari ini.
sebagian meja sudah dipenuhi orang yang bermain. mataku sangat awas. mencari-cari sosok Tita. namun belum terlihat. kami segera open table. memesan se-pitcher cola dan dua piring kentang goreng. Tita belum juga terlihat. aku bertanya kepada seorang pelayan billiard.

"mbak. mbak Tita ada nggak?" tanyaku.
"oh, Tita. ada kok. mau dipanggilin?" jawab mbak tersebut.
"boleh mbak. makasih ya"
kemudian mbak tersebut berlalu kebelakang. tak berapa lama Tita pun datang. wajahnya terlihat manis malam ini. dengan rambut dikuncir dan telinga yang dihiasi anting. seragamnya ketat, memancarkan keseksian.
"eh,Sigit. udah lama?" tanya Tita sembari melempar senyum manisnya.
"baru aja dateng. kenalin nih kawan gue!"
"Tita"
"Seno" sambil bersalaman.

dua jam lebih aku bermain billiard. tentu saja ditemani oleh Tita. Pool 8 tutup jam tiga pagi. malam ini otakku sudah segar. refreshing malam ini sukses. setelah dua jam bermain. kami pun menyelesaikan permainan. tapi malam ini aku tak mau menyudahi kesempatan bertemu Tita. jujur, aku memendam perasaan kepadanya.

"Ta, entar pulang sama siapa?" tanyaku disela-sela permainan akhir malam ini.
"biasa Git. sendiri. kenapa?" tanya Tita balik.
"emmm..boleh gue anter?" aku menawarkan.
"emmm..liat entar deh. bentar lagi juga tutup kan. tunggu di bawah aja Git."

permainanku selesai. aku ke kasir bersama Seno, membayar dan turun ke bawah. sedikit demi sedikit pengunjung pun selesai bermain. meja-meja pun sudah gelap. Seno kusuruh untuk pulang terlebih dahulu. karna aku ingin menganter Tita.
"Sen, lo balik duluan aja dah. gue masih nunggu Tita"
"bisa aja lo. naik apa lo nganter Tita?" tanya Seno.
"paling naik taksi"
"oh, yaudah. gue duluan ya"

Seno kemudian meninggalkanku sendiri di lobby Pool 8. aku masih menunggu Tita keluar. jam tangan menunjukkan pukul 03.10 wib. dan Tita belum juga keluar. tiga batang rokok kuhabiskan. namun dengan sabar ku menunggu Tita. tak lama kemudian Tita keluar.
"lama ya Git?" tanya Tita.
"ah, enggak kok"
"lho, temen lo kemana?"
"balik duluan. besok dia kerja. langsung balik nih?" tanyaku.
"terserah. kan lo yang mau anter gue" jawab Tita.
"kita makan aja dulu yuk! perut gue agak laper nih. mau nggak?"
"boleh. mau makan dimana jam segini?"
"McD aja deh. nggak apa-apa kan?"
"nggak apa-apa kok. gue biasanya pulang pagi kok"
"wuuiihh, ngapain aja lo pulang sampe pagi"
kami mengobrol ringan sambil berjalan. aku memberhentikan taksi, menuju restoran cepat saji. mobil pun berlalu dengan cepat. menembus jalan-jalan besar kota jakarta. jakarta memang kota yang tidak pernah mati. jam tiga dini hari pun masih saja ramai.
taksi yang kami tumpangi berhenti disebuah restoran cepat saji 24 jam dibilangan pondok indah. kami masuk dan memesan makanan. sambil makan, kami lagi-lagi mengobrol. obrolan makin seru. Tita sangat riang. ini ketiga kalinya aku jalan dengan Tita dan selalu pulang pagi. Tita bercerita tentang keluarganya. mulai dari ekonomi keluarga yang sedang diguncang masalah, karena ayahnya di pecat dari pekerjaannya sebagai security. semua permasalahan keluarganya hanyalah masalah ekonomi. aku hanya membantu menenangkan pikirannya.

"sorry Ta, gue nggak bisa bantu apa-apa. gue cuma bisa bantu doa"
"nggak apa-apa ko Git. ini emang udah takdir keluarga gue kali. gue cuma bisa berusaha membangun kembali keluarga gue" jawabnya dengan ekspresi yang datar. seolah tak terjadi apa-apa pada diri dan keluarganya.
ku genggam tangannya erat. ia sedikit terkaget.
"kalo ada apa-apa jangan sungkan cerita ke gue ya Ta"
Tita hanya tersenyum. tangannya menggenggam tanganku.
"makasih ya Git"
kami kembali mengobrol. dan kembali membeli minuman. dini hari kali ini sungguh menyenagkan untukku, karena bisa mengobrol panjang lebar dengan Tita. jam tanganku menunjukkan pukul 04.40 wib.
"Ta, udah jam segini. lo mau balik kapan?" tanyaku.
"gue nggak mau balik kerumah Git"
"terus mau kemana?" tanyaku lagi.
"gue boleh numpang tidur dikost-an lo nggak?"
jawaban Tita mengagetkanku. kost-ku sangatlah bebas. tentu saja kalau pun Tita mau tidur disana, itu bukan masalah besar buatku. yang jadi masalah adalah, kamarku yang cukup berantakan. maklumlah, aku tak sempat membereskan kamar. tiap hari aku disibukkan oleh tugas dan tugas.
"emmm..boleh kok. kost gue bebas. mau cabut sekarang?"
Tita hanya mengangguk. kemudian kami pun menuju kost-ku di bilangan kemang.
"nanti jangan kaget ya liat kamar gue"
"kenapa Git?"
"e..e..gimana bilangnya ya?"
"kenapa? berantakan ya?"
aku hanya tertawa terkekeh-kekeh.
"nggak apa-apa. nanti gue bantuin beresin deh" sambung Tita.

sesampainya di kamar kost-ku. kami pun bergegas membereskan kamar. aku menyiapkan karpet di lantai. untuk tempat tidurku. Tita kusuruh untuk tidur di kasur. di kamarku tak ada ranjang. kasur hanya ku bentangkan dilantai. setelah bersih-bersih. Tita kupinjamkan kaus dan celana pendek untuk tidur. ia pun memakainya.
kami pun bergegas tidur. jam dinding kamarku menunjukkan pukul 05.55. sebentar lagi matahari terbit. sebaiknya ku segerakan untuk tidur. kucoba pejamkan mata, berharap cepat tertidur pulas. namun tak bisa. apa yang kurasakan? Tita tidur. membelakangiku. nampak indah pantatnya. dan pahanya terkihat mulus. lampu kamar kupasang agak remang-remang. AC kunyalakan agak besar. tiba-tiba hasrat untuk bercinta muncul. aku gelisah. Tita tidur agak kepinggir kasur. tepat disampingku.
saat pikiranku gelisah akibat hasratku. tiba-tiba Tita membalikkan badannya. wajahnya tepat berada didepan wajahku. tangannya merangkul pinggangku. harum parfumnya masih saja tercium. nafasku berkejaran. jantungku berdegup cepat. dadaku naik turun. pikiranku melayang-layang. AC masih menghembuskan udara dingin. dan makin dingin. seketika penisku tegang.

pikiranku berkecamuk. aku memberanikan diri. wajahku maju lebih dekat menuju wajah Tita. bibir Tita adalah tujuanku. makin dekat dan makin dekat. hingga bibirku menempel di bibirnya. aku nekad. ku kulum pelan bibirnya. ku usap-usap pelan tangannya yang merangkulku. aku masih terus mengulum pelan bibir Tita. dan ia masih tertidur pulas. tanganku mulai menjalar ke payudaranya. dengan hati-hati kuraba payudaranya. pelan. sangat pelan. mulai kuremas-remas. payudara ukuran sedang. penisku tegang maksimal. bibirku masih berkutat pada bibir Tita. tanganku masih asik meremas pelan payudaranya. dan Tita masih tertidur. aku berharap ia tetap tertidur. apa jadinya jika ia terbangun akibat ulahku.

Tita bergerak. semua gerakanku spontan berhenti. diam. aku terdiam.

setelah cukup aman untuk melanjutkan aksi. akhirnya kulanjutkan aksi bibir dan tanganku. aku masih asik mengulum bibir dan meremas payudara Tita. ia pun masih tertidur dan tak menyadari perlakuanku terhadap dirinya. penisku makin menegang.

astaga. Tita terbangun dan membuka matanya.

aku kaget bukan kepalang. saat bibirku sedang bermain dan tanganku sedang bercanda dengan payudaranya, ia membuka matanya dan terbangun. aku kikuk sejadi-jadinya.
"ngapain lo Git?" tanya Tita.
"eh..a..a..anu" aku tergagap. mukaku merah padam, walau tak terlihat karena lampu kamar remang-remang.
"ngapain lo?" tanya Tita kembali.
"e..e..e..ma..ma..maaf Ta. gue nggak ada maksud kok"
Tita terdiam. kemudian berbalik dan melanjutkan tidur.

aku salah tingkah luar biasa. aku bingung bukan kepalang. namun hasratku makin membesar. penisku pun masih tegak berdiri didalam celanaku. aku tak bisa menahan. aku bangun. mengenggak segelas air putih. Tita tak menggubris perlakuanku tadi. ia kembali melanjutkan tidurnya. pulas. meninggalkanku dengan gelisah karena hasrat bercinta sudah diujung kepala.
ku beranikan diri. kurebahkan badanku disamping Tita. kupeluk tubuhnya dari belakang. kuciumi tengkuknya. kuraba-raba perutnya. dengan perlahan terus kuciumi tengkuknya. dengan perlahan juga kuraba-raba perutnya. terus diperutnya, menjalar ke payudaranya. aku menikmatinya. Tita terbangun, ia tersadar akan perbuatanku. ia melepas pelukanku, sedikit berontak. Tita terbangun dan duduk. ia menapar pipiku. tidak kuat, namun perih. segera kupeluk Tita. ia hanya terdiam. ku berbisik di telinganya.
"gue sayang lo Ta"
berkali-kali ku berbisik pelan ditelinganya. ia pun terdiam.
kulepas pelukanku. ku tatap dalam matanya. kemudian bibirku secara otomatis bersarang di bibirnya. lagi-lagi Tita terdiam. namun kali ini ia membalas ciumanku. hangat. kami berciuman. sinar matahari masuk ke kamarku melalui celah-celah ventilasi. memberi sinar pagi itu. memberi kehangatan saat aku dan Tita berciuman. lama. kutarik dengan pelan bibirnya. ia pun membalas dengan antusias. ku lumat lidahnya. ia pun melumat kembali lidahku.
tak mau membuang kesempatan. tanganku mulai menjalar dari bahu menuju payudaranya. meraba-raba pelan dengan usapan-usapan yang membuat Tita geli. payudaranya mengeras. bibirku makin liar. Tita pun membalas dengan buas. kami masih berciuman. dan tanganku masih aktif meraba-raba payudara mungil milik Tita.
"aaaahhh.." ia mendesah pelan.
tanganku makin nakal. kali ini tanganku masuk kedalam kaus. meraba-raba perutnya. kemudian perlahan menuju payudaranya. dengan remasan-remasan menggairahkan, Tita kembali mendesah.
"aaaaahhh.."

bibirku masih asik melumat bibirnya. tanganku pun masih senang meraba-raba payudara Tita. Tita melepas ciumannya dari bibirku. aku diam. tanganku masih meremas payudaranya. Tita melepas kaus dan bra-nya. payudara mungil dan putih. hasratku makin memuncak. aku pun membuka kaus oblongku. merbahkan Tita di kasur dan kemudian beralih ke payudaranya. kuremas-remas payudaranya sambil kujilat-jilat puitngnya. sekilas terkena sinar matahari, putingnya berwarna kemerahan. terus kulancarkan serangan lidahku. aku makin buas meremas dan menyedot putingnya.
"aaaaaahhh.." Tita kembali mendesah.
"aaaaahhh.."
tanga Tita meraba-raba penisku yang sedari tadi telah membesar. nikmat. geli. ia terus meraba-raba. aku pun tak mau kalah. kugesek-gesek vaginanya dengan tanagnku. dengan tempo pelan, agar ia menikmatinya. sesekali dengan tempo cepat.
"aaaaahhh..aaaahhh" Tita lagi-lagi mendesah.
wajahnya yang imut serta bibirnya yang tipis membut ia terlihat lebih cantik. matanya terpejam menikmati permainan tanganku. aku masih asik dengan payudaranya. masih menggesek-gesek vaginanya. kulepaskan seluruh celananya. terpampang jelas vagina dengan bulu-bulu halus dengan indahnya. bulu yang jarang dan vagina yang kecil. aku makin bernafsu.
kujilat dengan penuh nafsu. dengan hasrat yang membakar. lidahku kumainkan. bibirku menarik-narik klitorisnya.
"aaaaahhh..aaaaahh" desahannya makin sering.
makin semangat kujilati vaginanya. tubuhnya bergetar sedikit. bulu romamnya berdiri. kepalaku ditekan kuat. dibenamkan oleh Tita. aku pun makin ganas menjilat vaginanya. kesat dan tak berbau.
"aaaaaaahhh.."
Tita kuberikan servis terbaik. penisku makin tegang. maksimal. aku terus menikmati menjilat vagina Tita. dan tubuhnya makin menggelinjang. tubuhnya makin bergetar. dan desahannya makin sering. sambil menjilat vagina Tita, tanganku bermain di payudaranya. meremas dengan remasan-remasan pelan. membuat gairahnya meningkat.
"aaaaaahhh..Sigit"
"aaaaahhh..aaaaaahhh"
aku terus memainkan lidahku. menjilat-jilat klitorisnya. mengulum-ngulum. dan cairan hangat keluar. ia klimasks.
"aaaaaaaahhhh.." desahan kuat dibarengi dengan keluarnya cairan hangat dari dalam vaginanya.
kini kusiapkan penisku.
"gue masukin ya Ta"
Tita mengangguk pelan. wajahnya teduh, nafsuku makin menggila.
kini penisku sudah berada didepan lubang vagina. tegang. kugesek-gesek kepala penisku di ujung lubang vaginanya. menyentuh klitorisnya. mata Tita terpejam. dengan hati-hati kumasukkan penisku kedalam vaginanya.
"aaaaahhh.." Tita mendesah kuat. tangannya mencengkram sprei kuat.
kumasukkan penisku pelan. hati-hati dan penuh perasaan. sampai seluruh batang penisku melesak masuk kedalam vagina Tita.
"aaaaahhh.. pelan-pelan Git"
"i..iya Ta"
mulai ku goyangkan pinggulku. penisku maju mundur. vagina Tita kesat dan masih sempit. penisku dihimpit oleh dinding vaginanya yang masih sempit.
"aaaaahhh" Tita kembali mendesah.
penisku dimanjakan oleh vagina Tita. aku sangat menikmatinya. kubentangkan paha Tita lebar-lebar. payudaranya kembali kuremas-remas. putingnya kupilin-pilin dengan jemariku. pinggulku masih bergoyang-goyang. penisku masih maju mundur.
"aaaaahhh.." dan Tita terus mendesah. desahan nikmat.
"aaaaaahhh.." lagi-lagi mendesah.
aku menaikkan tempo goyangan penisku. agak cepat. pinggulku bergerak cepat. dan penisku pun mengikuti seirama. ah, nikmat. vagina yang masih sempit dan kesat membuatku melayang.
"aaaahhh.." aku mendesah pelan. tak bisa kupungkiri. vagina Tita memang nikmat.
"aaaaahhh..aaaaahhh..aaaahh" kali ini Tita mendesah.
aku makin mempercepat goyangan penisku.
"aaaahh..aaahh..aahhh..aaahh" Tita makin sering mendesah.
"te..terus Git. aaahh..aahh..aahh"
aku pun makin buas menggenjot tubuh Tita. tubuhnya ikut bergoyang. payudaranya naik turun. tangannya makin kuat mencengkram sprei. kutindih tubuh Tita, dengan penis masih tertancap didalam vagina. lalu kembali ku genjot. Tita memelukku. kuat. sangat kuat.
"aahh..aahh..aahh"
"aaaahh..terus Git. terus Git. aahh"
"gue ma..mau keluar Git. terus Git. aaahh"
sebentar lagi ia klimaks. aku makin cepat menggoyang pinggul. pelukan Tita makin erat.
"aaaaaaaahhhh..aaahhhh" desahan klimaksnya. tubuhnya bergetar hebat. menggelinjang kuat. vaginanya banjir. hangat.
aku masih tetap menggenjot tubuhnya kuat. sebentar lagi aku pun hendak klimaks.
"aaaahhh..aaaaaaaaa" aku makin cepat menggenjot vaginanya.
"aah..aahh..aaahh" Tita masih saja mendesah.

kucabut penisku dari dalam vaginanya. kumuntahkan seluruh cairan maniku diatas payudaranya. banyak. membasahi payudara Tita. terus kupompa maniku hingga tak keluar lagi.
"aaaaaaaaahhhh.." desahan nikmat yang keluar dari mulutku.
Tita hanya tersenyum. kurebahkan badanku disampingnya. penisku melemah. aku terlentang lemas. Tita berlalu ke kamar mandi. mencuci maniku yang membanjiri payudaranya. kembali ke kasur dan meneruskan tidurnya. aku lelah. lelah sekaligus nikmat.
kami pun tidur dengan lelapnya tanpa sehelai benang pun.

( bisa follow kita di @kilas17plus )
( yang mau share cerita atau pengalamannya bisa email: baesembarangan@gmail.com )

Selasa, 24 April 2012

Dosenku Pemuas Nafsuku

sejak putus dari Bima (nama samaran), aku sangat merasa kesepian. terutama dalam hal percintaan. sudah tiga bulan aku tidak melakukan hubungan seks. aku sangat sangat kesepian. hanya dengan teman-teman aku berkumpul. dirumah pun aku merasa sendiri. ayahku yang sering bepergian ke luar kota dan ibuku yang sering berkumpul dengan teman-teman arisannya. dirumah aku hanya berteman dengan laptop. dan musik-musik yang selalu menghiburku. aku butuh seorang pria. seorang kekasih.

"Yana, udah ngerjain tugas statistik belum?" tanya Keke (nama samaran), teman akrabku dikampus.

aku biasa dipanggil Yana (nama samaran). seorang mahasiswi tingkat tiga disebuah universitas. statistik, mata kuliah yang membuat otak serasa diperas habis. sangat sulit memahami mata kuliah tersebut. tapi karena dosennya yang membuatku selalu rajin mengikuti kuliah tersebut. Pak Dion (nama samaran), seorang dosen muda dikampusku. paling muda diantar dosen lainnya. mengajar statistik. berkulit putih bersih dengan bewok tipis di dagu dan jambangnya. alis mata yang lebat dan bulu matanya yang agak lentik membuat Pak Dion jadi pujaan kaum hawa dikampus.

"belum Ke. gue belum ngerjain. lo udah?" tanyaku balik.
"gue juga belum. susah banget sih, jadi agak males ngerjainnya"
"kita minta tolong ke Denu aja yuk! dia kan pinter" ajakku.
"percuma. Denu orangnya pelit banget. gue cabut aja deh. biar entar gue coba kerjain sendiri" Keke beranjak meninggalkanku sendiri di bangku taman kampus.

aku pulang kerumah dengan lesu. hari ini sangat tidak bersemangat. tak kupikirkan tugas statistik yang melilit leher. rumahku selalu sepi. tiap hari sudah biasa kuhadapi keadaan seperti ini. lebih baik mengurung diri dikamar dan menyalakan musik kencang-kencang. musik menderu-deru dengan kuat. membahana ke seisi kamarku. televisi pun  kunyalakan. hari sudah sore. acara televisi luar lebih mengasyikkan daripada acara tv lokal. sebuah film kutonton, walau tidak terdengar pembicaraannya, aku tetap memperhatikan film tersebut. film romantis, dengan adegan pria sedang merayu wanitanya di sebuah atap gedung. sembari memandang bulan sabit yang indah. ah, membuatku merindukan seorang kekasih. lalu adegan berlanjut, pria mencium bibir wanita dengan penuh kemesraan. aku sangat iri. melihat pemandangan tersebut membuatku ingin bercinta. bulu romaku seketika berdiri.
aku masih memperhatikan adegan tersebut. dengan posisi tiduran diranjang aku terus memperhatikan adegan pria mencium mesra wanita. aku sangat ingin bercinta. hasratku dibelai pria memuncak. aku jadi ingin bercinta. jujur, aku adalah wanita yang sangat suka bercinta. tapi bukan berarti aku seorang pelacur. aku hanya bercinta dengan kekasihku. sepersekian detik tangan kananku telah berada didalam bra. meremas-remas isinya. sedangkan tangan kiriku sudah masuk kedalan cd-ku. menggoyang-goyang vagina dan mencolok-coloknya. aku sangat menikmati.

"aaahh.." aku mendesah sendiri. kegiatan mencolok-colok vagina terus kulanjutkan.

kubuka semua kancing kemejaku. menyingkap bra dan memilin-milin puting payudara. kurasakan nikmat melakukan hal ini. hasratku sudah sampai puncaknya. aku terus mencolok vagina dengan dua jariku. pelan. sangat pelan. aku ingin menikmati moment ini. dalam kulesakkan dua jariku ke vagina. dengan sedikit menggoyangkannya didalam. aku pun bergetar nikmat. puting masih kupilin-pilin. kemudian remasan-remasan halus yang membuatku makin melayang.
makin kutingkatkan tempo mencolok vagina. dan kurasakan nikmat yang teramat sangat. sangat mengasyikkan. kupertahankan tempo seperti ini. ini membuatku merasakan nikmat. vaginaku bergetar, begitu juga tubuhku. aku menggeliat diatas ranjang. sedikit berguling-guling.

"aaahhh...aaaahhh" desahanku makin sering.

tanganku makin dalam dan makin sering bergetar. hingga membuat tubuhku sedikit menggelinjang. aku memanjakan diriku sendiri. dan aku menikmatinya. payudaraku mengeras. putingnya sedikit menjulang. kemerahan dan merasakan geli. kembali kupilin-pilin putingku. masih dengan dua jari menancap riang didalam vagina. aku masih menikmatinya.

"aaaahhh.." desahku kembali.

aku hampir klimaks. aku terus mempercepat getaran tanganku dalam vagina. menggetarkannya dengan sedikit kuat. tanganku makin aktif. tangan satunya pun aktif meremas-remas dan memilin-milin puting. membuatku semakin menikmati. dan...

"aaaahhh..aaahhh...aaahhh"

klimaks. cairan hangat membasahi vagina. kucabut jariku dari dalam vagina, dengan jari yang basah karena cairan kewanitaanku, lalu kujilat. membuatku lemas seketika. dan tertidur pulas dengan pakaian yang berantakan dan ranjang yang berantakan pula.

pagi. aku tertidur sampai pagi. cukup lama kutertidur, karena tubuh yang letih dan energi yang banyak terpakai. namun pagi ini aku merasakan perbedaan dalam diriku. badanku merasa lebih segar dari biasanya. mataku berbinar. senyumku lebar. kegiatan memanjakan diri kemarin sore membuatku lebih semangat.
tapi sungguh sialnya, aku belum mengerjakan tugas statistik. tamat riwayatku. sedangkan tugas itu harus dikumpulkan pada jam pertama perkuliahan pagi ini. aku bingung setengah mati. seketika senyumku musnah. binaran dimataku hilang. tugas statistik yang membuat semua itu pergi. dan mata kuliah pertama pagi ini adalah statistik. Pak  Dion. apa yang harus kulakukan? aku pasrah. mau mencontek tugas Keke pun tetap tidak bisa. waktunya yang tidak cukup.
Pak Dion sudah masuk kedalam kelas. seperti biasa, dengan senyum manisnya ia menyapa semua mahasiswa yang diajarnya. tak kulepas pandangan mataku dari wajah Pak Dion. sampai...

"Yana. Yana. Yana.. hei" panggil Pak Dion.
astaga. aku melamun melihat wajah manis Pak Dion. dan dia menegurku.
"Yana. kamu udah ngumpulin tugas belum?" tanya Pak Dion.
"eh.. emmm.. a..a..anu pak.." aku gugup setengah mati.
"kenapa?"
"emmm...e..ee.. belum ngumpulin pak" jawabku singkat.
"kok belum ngumpulin?"
"sa..saya nggak bisa pak" jawabku sekenanya.

Pak Dion tak melanjutkan pertanyannya. ia pun tak menanyakan tugas yang belum kukerjakan. ia melanjutkan perkuliahan. menjelaskan materi. menulis di papan tulis dan menjawab pertanyaan mahasiswa. aku pun memperhatikan materi dengan seksama. setelah kuliah Pak Dion selesai. aku menghampiri dan meminta maaf karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan olehnya.

"pak..pak..Pak Dion" setengah berlari kuhampiri Pak Dion.
"iya. ada apa Yana?"
"maaf ya pak. saya nggak ngerjain tugas"
"iya nggak apa-apa. tapi lain kali kerjain ya. kan bisa nambah nilai kalo ngerjain tugas" jelas Pak Dion.
"iya pak. abisnya saya nggak ngerti. saya lemah di mata kuliah ini pak"
"oh gitu. kapan-kapan boleh kok les sama saya. pintu rumah saya selalu terbuka buat mahasiswa saya yang mau belajar"
"bener boleh pak?" tanyaku penuh antusias. aku ingin sekali mahir dalam mata kuliah ini. bukan ada niat lain.
"boleh. sangat boleh. nanti sore atau malam dateng aja ke rumah saya!"
setelah memberi alamat rumah, Pak Dion langsung berlalu. meninggalkanku dengan secarik kertas bertuliskan alamatnya. nanti malam aku harus kesana. aku ingin belajar.

malam harinya. sekitar pukul 7, aku bersiap memacu mobilku menuju rumah Pak Dion. membawa buku catatan, buku statistik dan tekad belajar yang kuat, aku memacu mobil menuju rumah Pak Dion. sesampainya di alamat tersebut. Pak Dion menyambutku di pintu rumahnya. dengan kaos oblong dan celana jeans Pak Dion makin terlihat mempesona dimataku.

"ayo masuk! saya tinggal sendirian kok. jangan malu-malu"
"iya pak"
Pak Dion masih bujangan dan tinggal sendiri dirumah mungil ini.
"nggak apa-apa saya belajar dirumah bapak?" tanyaku.
"emangnya kenapa? nggak apa-apa. hampir tiap malam banyak mahasiswa yang dateng kerumah saya. belajar dan les. emangnya kenapa Yana?"
"nggak apa-apa pak. saya cuma tanya"
Pak Dion memulai lesnya. menerangkan materi yang tak kupahami. menjelaskan rumus yang tak kubisa. dan memberikan sedikit soal untuk kukerjakan. aku mulai memahami pelajaran. ternyata belajar secara face to face lebih memudahkan. Pak Dion beranjak ke dapur, membuat minuman dan menyediakan cemilan untukku. aku makin senang. sejam lebih aku belajar dengan Pak Dion. sampai hujan turun dengan lebatnya. angin menderu kencang. Pak Dion menyudahi pelajaran malam ini. setelah belajar kami hanya mengobrol-ngobrol santai. aku makin terpesona dengan kharisma Pak Dion. ia humoris dan hangat dalam melakukan percakapan. serasa tak ada jarak antara mahasiswa dengan dosennya.
udara makin dingin. dan angin makin bertiup kencang. disaat udara dingin seperti ini, aku sangat butuh kehangatan. dan aku hanya berdua dengan Pak Dion. apakah ia mau?

"bapak udah berkeluarga?" tanyaku disela-sela obrolan.
"keluarga? pacar aja saya nggak punya Yan. mana ada yang mau sama saya" jawabnya dengan lontaran senyum.
"ah, masa sih pak? masa orang ganteng dan pinter kayak bapak nggak ada yang mau?"
"serius saya. saya masih sendiri. saya belum pernah pacaran seumur hidup saya"

aku menggeser duduk agar lebih dekat dengan Pak Dion. ia tak curiga dengan niatku. jujur, aku sangat bernafsu dengannya. kami masih mengobrol dan bercanda. sesekali kucubit pipinya Pak Dion dan ia tidak marah. makin dekat jarak dudukku dengan Pak Dion. hingga aku sangat dekat dengannya.
"Pak, saya boleh peluk bapak nggak?" tanyaku.
"lho? kenapa Yan?"
"saya lagi rapuh pak. banyak masalah dirumah. saya butuh seseorang yang bisa nguatin saya pak"
"apa harus dipeluk Yan?" tanya Pak Dion.
"saya cuma butuh dipeluk pak. boleh ya pak"
Pak Dion hanya mengangguk dan membuka lebar tangannya, mempersilahkanku untuk memeluknya. ku peluk erat Pak Dion. hangat, sungguh hangat. ku masih memeluknya. perlahan kudekati wajahku kearah wajah Pak Dion. ia terdiam. lalu membuang mukanya. aku terus memancingnya. makin kudekatkan wajahku. bibirku kudekatkan ke bibir Pak Dion. ia kembali membuang wajahnya. tak menyerah, aku terus memburu bibirnya.hingga akhirnya bibirku dengan bibirnya bersatu. dan kami berciuman. lama. cukup lama. dan ciumannya juga hangat.
Pak Dion tersadar dan berlalu meninggalkanku. ia pergi ke kamar mandi. aku bingung, ada apa dengan Pak Dion. aku menyusulnya.

"pak..pak..Pak Dion" aku mengetuk pintu kamar mandi, berharap ada jawaban darinya.
"pak..Pak Dion" aku masih memanggilnya dari luar kamar mandi.
kemudian pintu dibuka.
"maafin saya ya Yana. saya nggak bermaksud ngelakuin hal itu"
"nggak apa-apa pak. saya butuh bapak"
"maafin saya"
Pak Dion terus meminta maaf.
"iya pak. nggak apa-apa kok"
"maafin sa..."
sebelum ia melanjutkan kata-katanya, mulutnya kututup dengan dua jariku. Pak Dion terdiam. langsung kumajukan mulutku menuju mulut Pak Dion. kucium bibirnya. kutarik bibir bawahnya dengan bibirku. Pak Dion membalas. kami berciuman. basah dan nikmat. kumis tipisnya membuat bibirku tergelitik.
kami terus berciuman. diluar hujan masih turun dengan lebatnya. tanganku menjalar menuju celana Pak Dion. mengusap-usap penis yang masih tertutup jeans. ada gerakan didalamnya. penis Pak Dion menegang. kami masih berciuman. kugigit bibir Pak Dion, ia pun membalas menggigit bibirku. kusedot lidahnya, ia juga membalasnya. lama kami berciuman. aku pun lama mengusap penisnya. besar, namun masih didalam sangkar.
perlahan kubuka kancing jeans-nya. kutarik resleting. dan tanganku masuk menjalar kedalam celananya. masih terus kuusap-usap penis yang telah membesar. dan kami pun masih asik berciuman. kali ini tanganku mulai berani masuk lebih dalam lagi. kucekal penis besar Pak Dion. aku sudahi berciuman dengannya. mukanya memerah. namun segera kutenangkan Pak Dion.

"nggak apa-apa kok pak" kataku sembari melempar senyum.

perlahan aku turun ke bawah. kini penisnya tepat didepan wajahku. tanpa berkata sedikitpun, kumasukkan penisnya yang tegang ke dalam mulutku. kulumat. Pak Dion sedikit mendesah. menengadahkan wajahnya keatas langit-langit ruangan. memejamkan mata dan merasakan penisnya bermain dalam mulutku. penisnya makin keras. berurat dan panjang. aku terus mengulum penisnya. menyedot kepala penisnya. mengulum testikelnya. bulu di sekitar penis Pak Dion cukup lebat. aku masih asik dengan penis Pak Dion. tangan kananku terus membimbing penisnya bermain dalam mulutku. sementara tangan kiriku aktif bergerak di vaginaku.
kutanggalkan seluruh celana Pak Dion. kini ia setengah telanjang. mulutku masih memainkan penisnya. ia masih menikmatinya. penisnya basah. begitu pula vaginaku. kusudahi melumat penis Pak Dion. kulepaskan kausku. hanya bra berenda yang menutupi payudaraku. Pak Dion nampak sedikiit tercengang. kulitku yang putih bersih memang membuat nafsu seluruh pria yang melihatku. Pak Dion menarikku memasuki kamar tidurnya. direbahkan tubuhku diatas ranjang empuk. Pak Dion melepas kausnya. kini ia sudah telanjang bulat. celana jeans-ku pun dilepasnya. tak lupa bra-ku pun dilepasnya. kini kami sama-sama telanjang bulat.
aku masih berbaring terlentang diatas ranjang. Pak Dion menuntun kepalaku menuju penisnya. mulutku terbuka lebar dan kembali ku kulum penis besarnya. maju mundur. masuk dan keluar di mulutku. hanya sebentar. kali ini kepala Pak Dion menuju vaginaku. jialtan pertama membuatku geli. jilatan kedua dan selanjutnya membuatku melayang merasakan nikmat. berkali-kali lidahnya memainkan klitorisku. aku bergetar. aku menggelinjang. aku mendesah. vaginaku basah. banjir oleh cairan yang keluar dari dalam vagina.

"masukin pak" kataku.
"bener nggak apa-apa Yan?" tanya Pak Dion.
"nggak apa-apa kok pak"

ia menuntun penis besarnya ke ujung vaginaku. di gesek-gesek pelan. kemudian dengan gerakan hati-hati ia memasukkan penisnya kedalam vaginaku. penis besarnya melesak masuk. aku sedikit kesakitan, juga sedikit kaget. sebelumnya belum pernah penis besar masuk kedalam vaginaku.
"aaaahhh.." aku meringis menahan sakit.
Pak Doni kemudian perlahan menggoyang pinggulnya. memainkan irama, memainkan penisnya dalam vaginaku. tubuhnya meniban tubuhku. ia bangun dan tangannya meremas payudaraku. tetap dengan goyangan pinggulnya.

"aaaaahhh..aaaaaahhh" aku mendesah. penis besarnya sungguh dalam masuk vaginaku.

kali ini ia menjilat-jilat putingku. geli. namun nikmat. di gigitnya putingku pelan. aku makin merasakan nikmat. ia terus menggoyang penisnya. dalam. dibuka lebar-lebar pahaku.

"aaaaahhh.." aku meringis.
"haah..haaah..kenapa Yan?" tanya Pak Dion.
"aaaahh..e..e..enggak apa-apa pak.. aaaahhh"

vaginaku bergetar. nikmat. Pak Dion kembali meremas payudaraku. kali ini kuat. ia memejamkan matanya. sedikit demi sedikit keringatnya membasahi dahinya. aku menikmati permainan Pak Dion. kemudian goyangan pinggulnya makin kuat. makin cepat. vaginaku makin bergetar.
"aaaahhh...aaaahhh" aku mendesah makin sering.
"aaaaahhh..terus pak"

Pak Dion makin kuat menggenjot penis besarnya.

"aaaaahhh...aaaaahhh" desahanku makin kuat. namun tak terdengar karna suara petir yang bergemuruh diluar. hujan makin deras. membuat udara menjadi dingin. dan Pak Dion memberi kehangatan.
Pak Dion mencabut penisnya. ia menjilat vaginaku. Pak Dion tahu betul titik kenikmatan pada wanita. sepertinya ia sangat berpengalaman. jilatannya dahsyat. membuat tubuhku bergetar dan bulu romaku makin naik berdiri.

"aaaahhh..paaakk"

kali ini ia terlentang. posisi women on top. aku berjongkok dan menuntun penis besarnya masuk kembali kedalam vaginaku. jauh kedalam.
"aaaaahhh.."
kemudian irama naik turun kumainkan. aku berpegangan pada paha Pak Dion. masih dengan irama naik turun. nikmat. Pak Dion hanya mendesah pelan. kemudian ia menarik tubuhku untuk bersandar pada tubuhnya. posisiku masih diatas tubuh Pak Dion. terlentang. ia memelukku dari belakang meremas payudaraku. dan menggoyangkan penisnya. penis besarnya masih tertancap didalam vaginaku.

"aaaahhh...aaaaahhh" aku mendesah. putingku dipilin-pilin oleh jarinya.

kemudian posisi semula kembali dimainkan. aku terlentang dengan paha terbuka lebar dan vagina menganga. bersiap menerima penis besar Pak Dion. langsung ia tancapkan penisnya. menggoyang dengan hasrat besar dan penuh nafsu. aku sangat menikmati.

"aaaaaahhh..pak aaaaahhh...pak"

terus ia menggenjot penisnya. irama makin cepat. vaginaku bergetar hebat. aku hampir klimaks.

"aaaaaaaaahhhhhh..." aku sedikit teriak. aku klimaks. tubuhku menggelinjang. vaginaku basah. dan Pak Dion masih tetap menggenjot penisnya.
"aaaaahhh...aku keluar pak... aaaahhhh.." kataku.
"ba..ba..bapak juga mau keluar Yan" jawabnya dengan napas sedikit terengah-engah.
"aaaahhh...aaaaahhh" aku masih saja mendesah.
"aaaaahhh...aaaaahhhh" Pak Dion mencabut penisnya dan memuntahkan cairan maninya diatas payudaraku. banyak. kental. hangat. putih.

ia terus mengocok penisnya. memuntahkan seluruh cairan maninya. matanya terpejam merasakan nikmat luar biasa. di pompa penis besarnya hingga tak keluar lagi maninya. dahinya dipenuhi keringat. kemudian Pak Dion mengusap cairan maninya yang telah membanjiri payudarku. mengusapnya pelan. aku bangun dan kembali mengulum penisnya yang telah melemah namun masih terlihat besar. Pak Dion hanya mendesah nikmat.
kemudian merebahkan tubuhnya disampingku. mencium keningku dengan mesra. dan tak ragu memeluk tubuhku yang dipenuhi cairan maninya.

hujan diluar masih lebat. petir pun masih bersautan. namun percintaanku dengan Pak Dion mengalahkan segalanya.

( bisa follow kita di @kilas17plus )
( yang mau share cerita atau pengalamannya bisa email: baesembarangan@gmail.com )

Rabu, 18 April 2012

Teman Sebangku Pacarku part. II


tubuhnya pun lemas ketika ia telah klimaks. namun aku makin liar menggenjot penisku. dan sebentar lagi aku pun hendak klimaks. makin kuat ku genjot. makin cepat ku genjot. kemudian kucabut penisku dari vaginanya dan kumuntahkan cairan maniku. ku pompa semua sisa maniku. habis. nikmat. sungguh nikmat. Intan makin lemas. mencuci vaginanya dan langsung berpakaian. aku pun demikian. mencuci penisku yang telah melemah, dan berpakaian.
kubuka pintu kamar mandi. kemudian...

Plaakk..


Ratna sudah berdiri didepan pintu. aku kelimpungan. ia menamparku kuat. apa ia tahu yang aku lakukan dengan Intan? aku agak kikuk. namun ekspresi wajahku, kubuat seolah tak terjadi apa-apa. Intan masih berdiri lunglai karena lemas dan masih ku papah untuk berjalan.


"ngapain lo sama temen gue? berduaan dikamar mandi" tanya Ratna ketus. wajahnya sedikit garang.
"apaan sih kamu? dateng-dateng maen nampar" jawabku ketus pula.
"ya kamu ngapain sama Intan didalem?"
"aku bantuin dia jalan. dia mau muntah. jangan mikir macem-macem deh!" jawabku makin ketus.
"bener Tan?" tanya Ratna.
Intan hanya mengangguk lesu. tubuhnya makin lemas. aku segera membawanya ke ranjang. merebahkan tubuh Intan di ranjang. wajah Ratna masih saja ketus. aku keluar dari kamar Ratna. membanting pintu sedikit kuat. dan berlalu menuju lantai bawah. wajahku kupasang kesal. walau sebenarnya ada perasaan takut dalam diriku. aku takut Intan cerita tentang percintaan kami didalam kamar mandi kamar Ratna. jika itu terjadi tamatlah riwayatku. kubakar sebatang rokok. duduk dibangku panjang di taman belakang rumah. pikiranku buyar ketika Bi Uci pamit pulang kepadaku.


"Mas Heru, Mba Ratna-nya mana ya?" tanya Bi Uci.
"Oh, Ratna dikamarnya bi. kenapa ya?"
"ini lho, saya mau pamit pulang. semua cucian udah beres semua mas" jelas Bi Uci.
"Oh, yaudah. hati-hati bi. makasih ya. nanti saya sampein ke Ratna"
"iya mas. saya permisi ya" Bi Uci meninggalkanku sendiri ditaman belakang.


tak berapa lama Ratna turun dari kamarnya mendatangiku.


"sayang maaf ya soal tadi. aku bener-bener nyesel deh. aku kirain kamu ngapain sama Intan"
aku masih diam. masih kupasang wajah kesal. dan kubakar kembali sebatang rokok.
"sayang maafin aku donk. sumpah, aku nyesel banget" Ratna masih memohon.
"lagian maen tampar aja. kalo nggak tau permasalahannya jangan seenaknya aja" jawabku makin ketus. berarti Intan tidak cerita ke Ratna soal percintaan kami. aku bernapas lega.
"iya aku nyesel banget. maafin ya" Ratna masih memohon. kali ini permohonan maafnya disertai usapan-usapan halus dipahaku.
aku masih memasang wajah kesalku. akting-ku kali ini sepertinya sukses.
"sayang, maafin aku" masih dengan usapan-usapan yang menggairahkan dipahaku. aku masih menahan. masih berakting.
kutepis tangan Ratna dari pahaku. seolah aku marah besar, kutinggalkan Ratna di halaman belakang. aku beranjak keruang tengah. menyalakan tv, dan duduk di sofa besar nan empuk. tentunya masih dengan tampang kesal.


Ratna kembali menghampiriku.


"kamu nggak mau maafin aku ya?" tanya Ratna.
aku diam. tak sepatah kata pun keluar dari mulutku.
"sayang, maafin aku ya. maaf banget. janji deh nggak bakal gitu lagi"
aku tetap diam. aku tetap berakting.
Ratna mencium tanganku meminta maaf. aku masih acuh.
"sayang, maafin aku ya" kali ini dengan rayuan memelukku. ia memeluk, menidurkan kepalanya diperutku. aku masih diam. mataku masih tertuju pada layar besar televisi didepanku.
Ratna masih memelukku. menidurkan kepalanya diperutku. namun, tangannya melakukan gerak yang membuatku kaget.


tangan kanannya membuka resleting celanaku. membuka kancing dan ikat pinggangku. merogoh isi celana dalamku. dan memasukkan penisku kedalam mulutnya. penisku seketika membesar. menegang dan berdiri kokoh. ditambah dengan permainan lidah Ratna yang mahir. libidoku meningkat. hasrat bercintaku meninggi. ingin rasanya Ratna kugagahi. kalau keadaannya seperti ini mau tak mau Ratna harus kumaafkan.
aku masih duduk di sofa dengan penis menjulang tinggi dan mulut Ratna yang masih asik mengulum penisku. kuremas-remas pantatnya. kutepuk-tepuk kecil dua gundukan besar pantatnya.


"mau maafin aku nggak?" Ratna masih bertanya disela-sela kuluman mulutnya.
"kalo kayak gini jelas aku maafin donk sayang" kataku sembari melempar senyum. dan Ratna kembali mengulum penis besarku.


Ratna masih sibuk dengan penisku. kubuka seluruh pakaianku. aku masih duduk di sofa, sementara Ratna berjongkok dilantai sambil terus memainkan penisku di mulutnya. aku makin bernafsu ketika satu persatu kancing baju sekolahnya dibuka. hingga terlepas semua dan terlihat payudara indah tertutup bra merah. pemandangan seksi. membuat gairahku makin menjadi-jadi.
kuremas-remas payudaranya yang masih tertutup bra. Ratna membuka bra. dan seluruh payudara terlihat. sungguh indah payudaranya. putingnya kecil kemerahan. sedikit menonjol. bentuk payudara yang mirip pepaya sangat indah. sangat putih. otakku tak sanggup lagi menahannya.
segera kusudahi permainan mulut Ratna pada penisku. ingin kulumat puitngnya. ia kutidurkan di sofa. roknya pun kubuka. kini hanya celana dalamnya yang masih menempel. dengan cepat puting kecilnya kuhantam. dengan lidah dan gigiku putingnya kumainkan. Ratna menggelinjang menahan nikmat. tubuhnya bergetar. dan desahan demi desana pun terlontar dari bibirnya.


"aaahh..sayaaang" desah Ratna.
aku masih terus mengulum puting, sementara tanganku aktif pada vagina Ratna.
"aaahh..aaahhh.." desahannya makin kuat.
aku terus memainkan tanganku pada vaginanya yang masih diselimuti celana dalam. kugesek-gesek. sesekali kucolok-colok dengan kedua jariku.
"aahh..sayaaaang. aaaahhh..." desahannya makin sering.
kuremas-remas payudaranya. kusudahi permainan mulutku. kubuka celana dalamnya. ingin kulumat vaginanya. vagina dengan bulu-bulu jarang dan klitoris berwarna merah. tanpa basa-basi kujilat klitorisnya. ia hanya diam memejamkan mata. tubuhnya bergetar. dan desahannya makin kuat.


"aaahhh...aaaahh...aaaahhh" desahnya
"enak sayang?" tanyaku disela-sela lumatan vagina Ratna.
ia hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian kembali memejamkan mata. menikmati jilatan lidahku. aku terus menjilat klitorisnya. sesekali kusedot dalam-dalam vaginanya. kemudian kujilat lagi.


"aaahhh..aaahhh..aaaahhh" Ratna terus mendesah.
"aaaahh..sayang. terus sayang.. aaaahhh" Ratna makin menikmati jilatanku pada vaginanya.
"aaaaaaahhhh.." kini teriakan yang keluar dari mulutnya. ternyata dia telah mencapai klimaks. vaginanya sedikit basah dan cairan hangat keluar menyeruak dalam vaginanya.
"aku masukin ya?" tanyaku kepada Ratna. kusiapkan penisku yang telah menegang. Ratna hanya mengangguk. sebelum penisku menembus vagina Ratna, kutuntun masuk ke mulut Ratna. sedikit mengocok dalam mulutnya. membasahi penisku.

kini penisku sudah berada didepan lubang vaginanya. kugesek-gesek terlebih dahulu. Ratna hanya menggigit bibirnya sendiri. kini kusiapkan penisku, perlahan dan sangat pelan memasuki vagina Ratna. Ratna sedikit meringis. sembari memejamkan mata, Ratna meringis.


"aaahh..pelan-pelan sayang" pinta Ratna.
aku mengangguk.
sedikit pelan kumainkan tempo. maju mundur penisku bermain dalam vagina Ratna.
"aaahh..aaahh" Ratna mendesah.
terus kulesakkan penisku dalam-dalam. tempo yang pelan membuat Ratna menikmati permainanku. vaginanya yang kesat, membuatku menikmati. kami sama-sama menikmati. sedikit kupercepat tempo goyangan pinggulku.


"aaahhh..aaaahh..sayaaaang" desahan Ratna makin menguat. kembali kupelankan goyangan pinggulku. kucabut penisku. kumasukkan dalam mulut Ratna. ia mengulum habis seluruh batang penisku. testikelku pun disapu oleh mulutnya. kemudian kembali kuhantam vaginanya.
"aaahh..pelan ya sayang" kembali pintanya.
sedikit pelan kumulai kembali permainan. penisku menari-nari dalam vagina Ratna. ia mendesah kembali. kuremas-remas vaginanya. kupilin putingnya dengan jemariku. tubuhnya menggelinjang. bulu romanya berdiri. kubuka lebar-lebar pahanya. vaginya makin kuat menekan penisku.
"aaahh...aaaahh...terus sayang..terus" desahan Ratna membuatku sedikit kuat menggoyang vaginanya.
"aaaahhh..aaaaahh" lagi desahan Ratna.
"hah..hah..enak nggak?" tanya sedikit terengah-engah dengan penis masih tertancap dalam vagina Ratna.
"he'eh...aaah...aaaahh.. terus sayang" Ratna mengangguk dan kembali mendesah. aku makin mempercepat tempo goyangan pinggulku. makin cepat. makin cepat. hingga sofa ikut bergoyang.
"aaaahhh..aaaaahhh" Ratna makin aktif mendesah. sedikit teriakan mengisi ruang tamu.
"terus sayang... yang cepet...aku mau keluarr"


aku makin kuat menggoyang pinggulku. tubuh Ratna masih kutiban. penisku makin cepat keluar masuk vaginannya. testikelku menggantung-gantung dan bergoyang-goyang.


"aaaaahhh..." teriakan Ratna membahana sore itu. ia klimaks. cairan hangat memenuhi ruang vaginanya. penisku basah. namun aku tetap menggagahinya. penisku makin cepat kugenjot.
"aaahh..aku keluar sayang..aaahh" desah Ratna dengan senyumnya.
"i..iya..hah..hah..hah.." aku masih menggenjot Ratna dengan penuh kenikmatan. penisku dimanjakan oleh vaginanya. sedikit terengah-engah aku terus menggenjot Ratna. vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar. aku makin cepat menggenjot Ratna.


"aaahh...sayang.. pelan-pelan sayang... aaahh" Ratna masih saja mendesah.
"a..a..aku mau keluar nih" dengan napas yang masih terengah-engah.
"iya..aaahhh..aaahh.."
aku hendak klimaks. makin kupercepat goyangan pinggulku.


"aaaahhh...aaaaahhh"
kucabut penisku dari dalam vaginanya. kusemburkan di payudara putihnya. cairan mani yang hangat membasahi tubuh dan payudara Ratna. ia sedikit mendesah. kupompa habis cairan maniku. habis tak bersisa. tak puas, Ratna kembali mengulum penisku. menyedotnya. mengharapkan sisa cairan maniku dari dalam saluran penisku. aku bergidik menahan nikmat. tubuhku merinding. nikmat. sungguh nikmat.


setelah itu, kurebahkan badan disamping Ratna dengan keringat mengucur deras. di atas sofa empuk aku bercinta dengan Ratna. dan di rumah ini aku bercinta dengan Intan dan Ratna. mereka berdua telah memuaskanku hari ini.

( bisa follow kita di @kilas17plus )
( yang mau share cerita atau pengalamannya bisa email: baesembarangan@gmail.com )