Rabu, 10 Oktober 2012

Bercinta Dengan Kakak Ipar (bassed on true story)

ini adalah kisah nyata yang kualami sendiri. kisah yang menjadi pengalamanku seumur hidup dan menjadi fantasi seksualku hingga saat ini.

berawal dari kunjunganku kerumah kakak iparku bersama istri dan kedua anakku. hari itu akhir pekan yang indah. kami sekeluarga berencana mengunjungi rumah mbak Devi (nama dirahasiakan) dibilangan Kebayoran. mbak Devi adalah kakak kandung istriku yang sangat aku cintai. mbak Devi adalah anak tertua di keluarga istriku, sedangkan istriku adalah anak kedua. sudah setahun yang lalu mbak Devi cerai dengan mas Gunawan (nama dirahasiakan), suaminya. akibat permasalahan ekonomi yang tak kunjung selesai. kini, mbak Devi harus berjuang merawat dan membesarkan anak semata wayangnya seorang diri. menjadi orang tua tunggal yang kuat. hari ini kami sekeluarga berniat mengadakan acara makan siang bersama dirumah mbak Devi. Nita (nama dirahasiakan) istriku, sejak pagi sudah sibuk berbelanja kebutuhan untuk makan siang dirumah mbak Devi.
singkat cerita, kami sekeluarga telah sampai dirumah mbak Devi. seperti biasa, keramahan mbak Devi membuat kami betah berlama-lama dirumahnya. kakak ipar yang kuat, teguh pendirian dan baik hati, itulah mbak Devi. acara makan siang bersama telah kami lewatkan. kini kami mengobrol santai diruang tamu. anak-anakku akrab bermain di halaman belakang dengan anak mbak Devi. wajahnya yang cantik dan hatinya yang baik membuat mbak Devi banyak dipinang pria mapan. namun, mbak Devi selalu menolaknya. entah apa alasan beliau, aku tak ikut campur terlalu jauh.
aku Dani (nama dirahasiakan), seorang akuntan disebuah perusahaan di jakarta. sedangkan Nita istriku, adalah seorang dokter disebuah rumah sakit di selatan kota jakarta. kami hidup bahagia. tak pernah ada masalah berat yang menimpa keluarga kami. aku pun sangat beruntung mempunyai istri cantik dan berprofesi dokter. mbak Devi adalah seorang karyawan swasta disebuah perusahaan ekspor impor dijakarta.

sedang asik mengobrol diruang tamu. tiba-tiba handphone milik istriku berdering...

"halo...iya...lho? kan saya lagi libur, lagi nggak jaga...terus? iya iya...oooh...iya iya, 15 menit saya sampe!"

penggalan pembicaraan istriku dengan seseorang yang meneleponnya. aku penasaran luar biasa, wajah istriku mendadak panik.

"pah, ada panggilan mendadak dari rumah sakit. anterin aku yuk ke rumah sakit" pinta istriku.
"lho? kan kamu libur.  emangnya dokter jaganya kemana? tanyaku.
"dokter jaganya dapet musibah. ibu mertuanya meninggal. ayo pah!"
"trus anak-anak gimana nih? masih pada betah main"
"yaudah, papah anter aku aja ke rumah sakit. biar anak-anak main dulu disini. kan ada mbak Devi"
"iya, nggak apa-apa anak-anak disini. nanti aku yang jaga" sambung mbak Devi.

aku pun mengantar istriku. tak sampai setengah jam aku sudah tiba dirumah sakit mengantar istriku.
"habis ini kamu kerumah mbak Devi aja ya. jemput anak-anak" kata istriku dengan tergesa-gesa membuka pitu mobil.
"iya, kamu hubungi aku kalau sudah selesai. nanti aku jemput" lanjutku.
"iya. kamu hati-hati bawa mobilnya"

istriku meninggalkanku. aku memacu mobilku menuju rumah mbak Devi. sesampainya disana, mbak Devi sedang membereskan piring-piring kotor bekas kami makan siang tadi. anak-anakku pun masih asik bermain di halaman belakang dengan anak mbak Devi.
"Nita pulang jam berapa nanti?" tanya mbak Devi kepadaku.
"aku kurang tau mbak. nanti Nita yang hubungin aku kalau udah selesai" jawabku.
"kamu mau makan lagi Dan?"
"nggak usah mbak. ini aja masih kenyang kok. mau aku bantu mbak?" aku menawarkan diri membantu mbak Devi mencuci piring.
"nggak usah. kamu temenin anak-anak aja main"
"nggak apa-apa kok mbak" aku mengambil sebuah piring. mengusapnya dengan spon yang berlumuran sabun. dan mencucinya.

hanya obrolan ringan dengan mbak Devi saat mencuci piring. dan tak banyak yang aku tanyakan.

praaaanggg...    tiba-tiba aku menjatuhkan sebuah piring besar. tanganku tak kuat memegangnya. pecahan piring berhamburan dilantai. aku membereskan pecahan tersebut dibantu oleh mbak Devi. tanpa sengaja kaki mbak Devi menginjak serpihan piring yang pecah. telapak kakinya berdarah. membuat garis luka di telapak kakinya. ia meringis. segera kuambil kotak obat yang berada di atas kulkas. kubantu mbak Devi mengobati lukanya. memberi sedikit obat luka dan menambalnya dengan hansaplast. karena lukanya yang cukup besar dan dalam, mbak Devi aku bantu berjalan menuju ruang tengah.
"pelan-pelan mbak. maafin aku ya, gara-gara aku mbak sampai luka gini"
"udahlah Dan, namanya juga musibah"
"mbak yakin mau istirahat diruang tengah?"
"iya, sambil temenin kamu ngobrol. emang kenapa Dan?" tanyanya.
"aku kirain mbak mau istirahat dikamar. aku tau mbak capek trus butuh istirahat"
"emang sih. akhir-akhir ini mbak capek banget Dan. kerjaan dikantor numpuk, belum lagi masalah keuangan"
"mbak harus jaga kondisi tubuh mbak. jangan di porsir mbak. sekarang aja mbak keliatan pucet (pucat)"
"yaudah, bantu mbak jalan ke kamar Dan"

aku memapah mbak Devi jalan menuju kamarnya. kamar besar dengan ranjang yang juga besar. terlihat nyaman bila ditiduri. sebuah lemari baju yang cukup besar, serta meja rias dengan cermin ekstra lebar. kamarnya rapi dan wangi. penataan lampu tidur dan lemari-lemari kecil sungguh serasi. ditambah dengan paduan cat berwarna cream. mbak Devi kutuntun ke atas ranjangnya. agak kuran sopan sebenarnya. namun aku sangat peduli kepada kakak iparku yang satu ini. kakinya kunaikkan keatas ranjang. dan ia berbaring.
"kamu temenin mbak disini aja Dan!" mbak Devi meraih tangank ketika aku hendak keluar kamarnya.
"aku nggak enak mbak kalo nemenin mbak disini. nanti apa kata tetangga kalo liat kita berdua"
"disini semua orang cuek dengan lingkungan mereka. temenin mbak disini ya"
"bener nggak apa-apa mbak?" tanyaku.
"nggak apa-apa. yang penting kita nggak ngapa-ngapain kan"

"mbak, gimana si Ilham (nama dirahasiakan) sekolahnya? lancar?" aku memulai obrolan.
"lancar. kemarin dia dapet juara lomba puisi"
"bagus donk! kalo kerjaan mbak sendiri lancar?"
"aduuuhh, jangan ngomongin kerjaan deh. mbak lagi nggak mood. mbak butuh refreshing"
"ooh, butuh refreshing?"
"iya, mbak pusing banget Dan. butuh banget refreshing"
"minggu depan ikut acara kantorku aja mbak. mau ngadain jalan-jalan ke anyer"
tiba-tiba mbak Devi mendekat kearahku. tangannya meraba-raba pahaku. aku menepis tangan mbak Devi. tingkahnya aneh. tangannya terus meraba-raba pahaku. aku salah tingkah.
"mbak, jangan kayak gini mbak" kembali kutepis tangannya.
namun mbak Devi makin makin liar. tangannya terus meraba-raba. kali ini ia sudah berani meraba pangkal pahaku. aku kembali menepisnya. dengan sedikit kasar. namun mbak Devi makin membuatku terhenyak. ia memelukku erat. dan menangis.

"mbak nggak sanggup Dan. mbak mau mati aja rasanya" ia menangis meraung-raung sambil memelukku erat.
"sabar mbak sabar. ini cobaan dari Tuhan" aku menenangkan.
"mbak mau mati..."
"mbak, jangan ngomong gitu ah! semua ada hikmahnya mbak"
"tolongin mbak Dan. tolongin mbak"
"iya mbak. aku tolongin. tolong apa mbak?"
mbak Devi melepas pelukannya. pipinya basah oleh air mata. semburat kecantikannya terlihat jelas. aku sungguh menyayangi kakak iparku ini. matanya masih mengeluarkan air mata. ia masih menangis. kemudian ia mencium bibirku. aku kaget bukan kepalang. aku melepaskan ciuman mbak Devi.
"mbak, jangan begini mbak"
"tolong mbak Dan.."
"iya, tolong apa?" tanyaku bingung.
kemudian mbak Devi kembali mencium bibirku. tangannya melingkar dipinggangku. mencengkram kuat pinggangku. ia melumat bibirku buas. aku hanya diam tak membalas ciumannya. aku melepaskan ciuman mbak Devi.
"mbak, aku ini adik ipar mbak. jangan kayak gini mbak"
tak ada sepatah kata dari mbak Devi. ia hanya diam, kemudian kembali menciumku. tangannya memainkan puting kecilku. aku terangsang. penisku tegang seketika. aku tak tahu harus berbuat apa. aku bingung. mbak Devi makin liar. tangan kanannya memainkan putingku, dan tangan kirinya meraba-raba pangkal pahaku. aku terangsang, kali ini benar-benar terangsang. otakku mencerna kemauan mbak Devi. IA HANYA INGIN BELAIAN SEORANG PRIA. bathinku berkecamuk, antara nafsu dan statusku sebagai adik iparnya. namun tangan mbak Devi benar-benar lihai meraba-raba titik hasrat seksualku. akhirnya, aku pun membalas ciumannya.
tak lama kami berciuman. tangan mbak Devi sudah membuka kancing celana jean's-ku. merogoh isinya. wajahku merah padam. aku direbahkan diranjang besarnya. pintu kamar sudah tertutup rapat dan terkunci. aku tak berani melihat wajah mbak Devi yang cantik. kuakui, mbak Devi memang cantik. penisku tegang tinggi. batangnya mengeras. mbak Devi hanya melontarkan senyum. dengan sigap ia melumat penisku dengan mulutnya. BUAS. LIAR. NAKAL. lidahnya lincah, bibirnya nakal. dan tangannya aktif mencengkram batang penisku. kini aku sudah tak berpakaian alias bugil.
aku masih terlentang dengan penis tegang. mbak Devi didepanku, memamerkan tubuh indahnya. ia telah melupakan rasa sakit dikakinya akibat tergores pecahan piring. dengan perlahan membuka kaus yang ia kenakan. melepas bra. dan dua gundukan payudara yang masih kencang dengan puting kecoklatan yang sangat menggairahkan. payudara bulat, dengan ukuran tak besar. membuat hasratku meninggi. kemudian, dengan perlahan ia membuka resleting rok yang ia kenakan. kali ini ia berdiri didepanku. tubuhnya indah semampai. walaupun tak terlalu tinggi, namun kemolekkan tubuhnya sangatlah menggoda. lekukan pinggulnya yang eksotis. kulitnya yang putih bersih bak bintang porno jepang. aku benar-benar berhasrat. bulu halus dan sedikit menghiasi daerah kewanitaannya.
ia kembali menunduk melumat penisku. aku merasakan nikmat. dua buah testikel-ku pun dilumatnya. tubuhku menggelinjang kenikmatan. lidahnya lihai mengeksplor penisku. hingga penisku benar-benar basah. aku tak tahan dengan godaan payudara mbak Devi. aku bangun dan menindih tubuh mbak Devi. ia hanya tersenyum nakal. kulumat puting kecilnya. meremas-remas payudara mbak Devi. matanya terpejam, desahannya terlontar. lidahku pun tak kalah lihai, memainkan puting mbak Devi. ia terlihat sangat berhasrat. lidahku perlahan menuju vagina. dengan jilatan romantis, sedikit demi sedikit menurun. hingga sampai klitorisnya. bulunya tak lebat. kujilat perlahan klitorisnya, ia mendesah. kini sudah kulumat vaginanya. dan desahannya makin sering.
tak sabar ingin kubenamkan penisku kedalam vaginanya. mbak Devi membuka pahanya lebar. vaginanya melambai memanggil penisku. senyuman nakal kembali terlontar dari bibirnya. aku tak malu lagi. wajahku tak merah padam lagi. kini nafsu merajai diriku. nafsu menguasaiku. mbak Devi terlentang dengan paha terbuka lebar. penisku sudah siap memasuki relung vaginanya. dengan sedikit gesekan-gesekan dimulut vaginanya.  kemudian dengan perlahan namun pasti kumasukkan penisku kedalam vagina mbak Devi. matanya terpejam. meringis. bibirnya digigit. tangannya meremas sprei. sedikit demi sedikit penisku sudah melesak masuk kedalam vagina mbak Devi. hangat.
dengan irama yang seksama kumainkan penisku. maju mundur. menari didalam vagina mbak Devi. awalnya ia merintih, namun kali ini desahan yang sering terlontar dari mulutnya. pinggulku maju mundur. penisku masuk dan keluar. dengan tempo yang cukup santai. aku benar-benar menikmati permainan dengan mbak Devi. wajahnya nakal. senyumnya menggoda. dan desahannya membuatku makin berhasrat. tanganku meremas payudaranya. jariku memainkan putingnya. sungguh nikmat vagina mbak Devi. kakak iparku ini sangat pintar merawat daerah kewanitaannya. peluh telah membasahi dahiku. hembusan AC tak terasa.
tempo kupercepat. goyangan pinggulku makin kencang. penisku masuk dan keluar menghujam vagina mbak Devi. suara yang timbul akibat hentakan membuat susana makin panas. remasanku makin kuat pada payudaranya. sesekali tak kulewatkan menjilati putingnya. menghisap putingnya. dan menggigit putingnya. mbak Devi hanya mendesah merasakan nikmat. peluh juga membasahi dahinya.
"mbak aku mau ke..ke..keluar"
"keluarin didalem aja Dan. nggak apa-apa kok"
dengan beberapa hentakan kuat, panisku menyemburkan air mani didalam vagina mbak Devi. satu teriakan tak kuat keluar dari mulutnya. vagina mbak Devi banjir oleh air maniku. rasanya sungguh nikmat. rasanya sungguh indah. tak bisa dibayangkan. terus kupompa air maniku, ku tak ingin menyisakan satu tetes pun. kumuntahkan semua air maniku didalam vagina mbak Devi. rasanya sungguh luar biasa.

setelahnya, aku mandi bersama dengan mbak Devi. kembali bercinta dikamar mandi. aku tak ingat anak-anakku. aku tak memikirkan istriku. aku hanya ingin bercinta dengan mbak Devi.

setelah kejadian hari itu, kini mbak Devi tak segan mengundangku untuk berkunjung kerumahnya. tentu saja tujuannya hanya satu "BERCINTA". kami sepakat bahwa hubungan kami hanya sebatas pelepasan hasrat seksual semata, tak lebih. sampai detik ini pun istriku tak mengetahuinya. biar kisah ini kusimpan dalam-dalam. hanya aku dan mbak Devi yang mengetahuinya.

follow kita di @kilas17plus yang mau berbagi cerita email kita ke www.baesembarangan@gmail.com (rahasia terjamin aman)

Rabu, 03 Oktober 2012

Kepuasan Bercinta Dengan Ibu Tiri

pagi itu pintu kamarku diketuk dari luar. aku terbangun dan beranjak membuka pintu. Mami Gina (nama samaran) sudah berdiri didepan pintu kamarku. Mami Gina adalah ibu tiriku. sejak ibu kandungku bercerai dengan ayahku tiga tahun yang lalu, ayah memutuskan untuk menikah lagi. dan Mami Gina-lah yang dipilih ayah untuk menemani hari-harinya yang sepi. dengan perbedaan umur yang cukup jauh, bagi ayah Mami Gina adalah wanita yang ideal. dilihat dari wajah cantiknya dan hatinya yang baik, Mami Gina sudah sempurna untuk ayah. aku tak ingin membahas tentang perceraian yang dialami oleh ayah dan ibu kandungku.

"Za, sana mandi. nanti kamu kesiangan ke kampus" suruh Mami Gina.
"iya mi"

aku bergegas menuju kamar mandi dan segera bersiap. aku Reza (nama samaran), mahasiswa ekonomi tingkat tiga. tak lama aku bersiap-siap. dan aku sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama. ayah sudah rapi dengan kemeja biru muda. adikku sudah berseragam sekolah. dan Mami Gina sudah berdandan cantik mengenakan kaus dan mengenakan rok coklat motif renda.
"Za, hari ini ayah pergi ke luar kota. kamu jangan pulang malam ya"
"lho? kok tiba-tiba ke luar kota. berapa hari yah?" tanyaku.
"nggak lama kok, cuma lima hari. kamu jagain rumah. jagain adek kamu juga"
"pasti donk yah"
"terus, kalo Mami kamu butuh apa-apa tolong kamu bantu ya"
"siap boss..!!"

aku bergegas menuju kampus. ayahku akan pergi ke luar kota selama lima hari, dan tugasku pun bertambah. menjaga adikku Nina dan membantu Mami Gina jika beliau meminta bantuan. siang hari aku sudah kembali kerumah. aku ingat amanat yang diberikan ayahku. tak ada waktu keluyuran selama ayah berada diluar kota. jika siang hari rumahku layaknya kuburan. sepi. hanya Mami Gina yang menjaga rumah dan menyiapkan makan siang untukku dan adikku.
"Za..Reza.." panggil Mami dari dapur. aku bergegas menuju dapur.
"iya mi. kenapa mi?"
"bantuin mami donk. tolong beliin gula di warung di ujung jalan sana"
"iya mi"
aku bergegas membeli pesanan Mami.
"ini mi gulanya" tak lama aku sudah kembali dan memberikan pesanan Mami.
"iya, makasih ya Za"
rumah kembali sepi. Mami Gina masuk kedalam kamarnya. sedangkan aku, sibuk didepan laptopku. perasaan bosan mulai menyerang. aku menuju ruang tamu. menyalakan televisi dan menonton acara siang hari. tak ada yang membuat perasaan bosan hilang. sepi masih merasuki rumahku. aku berbaring di sofa. merebahkan tubuhku membuat nyaman. kulihat sekilas, pintu kamar ayahku terbuka sedikit. terlihat rapi dari luar. ranjang besar dengan sprei berwarna coklat. pasti sungguh nyaman. aku memicingkan mata agar lebih jelas.
astaga. baru kali ini kulihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Mami Gina sedang tidur telengkup berbalut daster tipis. lekukan pantatnya sungguh indah. daster agak terbuka di bagian paha. kulitnya sungguh putih mempesona. seketika penisku tegang. otakku menangkap sinyal kotor. syaraf-syarafnya bekerja. menyimpan pemandangan indah dalam file otakku. pemandangan pantat dan paha ibu tiriku. tak kupalingkan pandanganku dari tubuh mami sedikitpun. mami merubah posisi tidurnya, ia terlentang. bagian kerah lehernya merosot. garis indah diantara lekukan kedua payudaranya terlihat. penisku makin tegang. ada fantasi yang bermain dalam otakku. pahanya makin lebar terbuka. 
aku makin gelisah dengan apa yang aku rasakan. isi kepalaku berkecamuk. bathinku bergemuruh. hasratku memuncak. ingin kugagahi mami. penisku makin meninggi. jarum-jarum didalam jam dinding terus bergerak. angka demi angka ia lewati. begitu pula diriku. detik demi detik menikmati pemandangan tubuh indah mami. apa yang harus kulakukan? aku bangun dari sofa. mendekat kedepan kamar mami. mengintip, memincingkan mata. keringat membasahi dahiku. suasana dalam kamar mami cukup terang. sehingga jelas terlihat lekukan indah payudara berbalut daster tipis. tonjolan putingnya menyeruak, terlihat amat jelas. aku makin gelisah. terus kupandangi tubuh mami.

tekadku bulat. masuk kedalam kamar mami. perlahan aku masuk kedalam kamar mami. dengan langkah hati-hati. kututup gordyn kamar mami. suasana kini remang-remang. masih dengan gerakan perlahan aku merebahkan tubuhku disamping mami. semoga ia tidak terbangun oleh gerakku. kini aku sudah berada tepat disamping mami. mami nampak sangat pulas. wajahnya tepat didepan wajahku. tanganku gemetar. dadaku naik turun. mami merubah posisi tidurnya. kali ini ia membelakangiku. pantatnya tepat berada didepan penisku. tanganku memeluk tubuh mami. kudekatkan tubuhku, semakin dekat. penisku menyentuh pantat padat milik mami. aku menikmati moment ini. perut mami kuusap-usap dengan pelan. penisku bergetar.

tiba-tiba mami terbangun...

"Za.. ngapain ka..." belum sempat mami meneruskan kata-katanya, bibirku kusarangkan di bibirnya. kulumat dengan buas. mami sempat berontak, namun segera kutindih tubuhnya. tangannya kurentangkan. kupegang erat agar ia tak berontak. namun kakinya lepas dari pengawasanku. ia menendangku. aku terpelanting kebelakang.
"mau apa kamu?"
"a..a..anu aku..aku.."
"anu apa?" mami membentakku keras. aku makin ciut. bodohnya diriku. aku mengutuk perbuatanku.
"ma..ma..maaf mi. aku..aku.."
"sini kamu!" kali ini dengan nada yang rendah mami memanggilku. menyuruhku mendekatinya.
"kamu kenapa? kangen sama pacar?" tanya mami.
"eng..enggak mi. aku cuma..cuma..cuma"
"mami ngerti kok. sini!" mami memelukku erat. hasratku muncul kembali. penisku menggeliat dan meninggi. mungkin mami merasa ada gerakan di penisku. ia memlukku erat. sangat erat. hingga penisku menyentuh vaginanya. penisku pun bergetar kembali. mami melepas pelukannya. ia tersenyum.
"aku sayang sama mami..." bisikku ditelinga mami. sembari menghembusakan hawa panas ke telinga mami.
"mami juga sayang sama kamu Za. tapi apa harus seperti ini?" tanya mami. suaranya lirih. riuh rendah.
"aku tau, ini perbuatan yang nggak seharusnya. tapi kita kan nggak ada hubungan darah. kenapa nggak dicoba?" lanjutku meyakinkan mami.
"aku sayang sama mami..." kembali kubisikan ke telinga mami.

mami terdiam...

mami melepas pelukannya, tangannya masih merangkul lenganku. wajahku maju mendekati wajah mami. bibirku menempel di bibir mami. dan mami hanya diam saja. ini adalah tanda bahwa ia setuju. segera kulumat dengan perlahan dan memainkan irama dalam berciuman dengan mami. ia membalas dengan penuh penghayatan. matanya terpejam. seolah menikmati permainan bibir dan lidahku. lidahku bermain lincah. bergerak ganas dalam mulut mami. ia pun membalas dengan goyangan lidahnya. nakal. liar. menggoda.
tangan mami mulai meraba-raba celanaku. pensiku tegang maksimal. aku pun tak mau kalah. tanganku menggerayangi payudaranya. daster masih terpasang di tubuhnya, namun lekukan indahnya bisa kurasakan dengan tanganku. ayahku sungguh beruntung. sedikit kuremas-remas payudaranya. bulat. kemudian perlahan mengeras. putingnya kupilin-pilin. jariku menari indah menggerayangi putingnya. mami terlihat sangat terangsang. dan kami masih berciuman. akibat permainan jariku pada putingnya, permainan bibir mami menjadi sedikit agresif. ia seolah bernafsu. lidahnya kini bermain didalam mulutku. aku pun makin terangsang, tangan mami giat menggerayangi celanaku. tempat bersarangnya penisku. kini ia mulai merogoh isi dalam celanaku. membuka kancing jeans-ku. menurunkan resletingnya. penisku di cekal erat. kami masih berciuman.
mami merebahkan tubuhnya diatas ranjang. kami masih terus berciuman. mami terlentang. payudaranya tergambar jelas. bulat dan puting yang sedikit menonjol keluar. karena daster yang mami kenakan sangatlah tipis. aku berada diatas tubuh mami. ia melepaskan ciuman kami. kemudian melepas daster tipisnya. jelas terlihat payudara bulat indah. aku menelan ludah. mami melepaskan celanaku. melepaskan cd-ku. penisku menjulang tinggi. berurat dan berbulu lebat. aku melepas kaus oblongku. dan kini kami berdua sudah benar-benar bugil. mami masih kutindih. ia mencengkram penisku. mengocoknya pelang. tanganhalusnya sangatlah berpangalaman. ia bangun, dan aku ditindihnya. mami menjilati leherku. geli. aku sangat terangsang. bulu romaku berdiri tegak. ia terus memainkan lidahnya. lidahnya turun ke puting kecilku. menjilatinya dengan penuh perasaan. aku bergidik menahan geli. sesekali mami menyedot putingku. menggigitnya. aku mendesah. terus mami meainkan lidahnya. puncaknya sampai kepada penisku. awaknya ia hanya menjilati ujung kepala penisku. nikmatnya luar biasa. mataku hingga terpejam merasakan nikmat. setelah menjilati kepala penisku, mami melahap seluruh batang penisku. melumatnya hingga basah. memainkan penisku dalam mulutnya. mengocoknya dengan mulutnya. tanganku meremas kuat sprei. lidahnya lincah bermain. menari indah pada penisku. makin buas mami melumat penisku. hingga air maniku hampir mau keluar.
"mi..aku..aku mau keluar"
"keluarin aja Za. ayo keluarin!"

mami terus memainkan lidah dan mulutnya pada penisku. dan akhirnya... air maniku kumuntahkan didalam mulut mami. banyak. cukup banyak dan kental. mami terus memompa panisku. hingga tetes terakhir air maniku. nikmat. sungguh nikmat. tak ada nikmat yang lebih nikmat selain moment ini. mami menelan seluruh air maniku. kali ini ia merebahkan tubuhnya. membuka pahanya lebar-lebar. ia menuntun kepalaku untuk menjilat vaginanya. awalnya aku enggan, namun saat melihat klitorisnya yang bersih dan vagina yang terawat. perasaan enggan segera memudar, menjadi perasaan ingin luar biasa. kujilati vagina mami dengan buas. lidahku menari lincah memainkan klitoris mami. mami mendesah dengan rajin. matanya mengerjap. tangannya meremas sprei dengan kuat. bulu romanya berdiri, hasratnya memuncak.
"aaaaaahhh..aaaaahhh"

kepalaku dibenamkan mami, tangannya mendorong kuat kepalaku. agar permainan lidahku makin aktif. aku terus menggerayangi vagina mami dengan lidahku. basah. sangat basah. sesekali tubuhnya menggelinjang. menikmati. sangat menikmati. kusedot-sedot vaginanya. mami makin mendesah. vaginanya basah. klitorisnya memerah. dan tubuhnya bergetar hebat. dan cairan hangat keluar dari vaginanya. ia klimaks.
mami membuka lebar pahanya. ia terlentang dengan paha terbuka. vaginanya memanggil-manggil. bulu-bulu tipisnya hitam menggambarkan keindahan. kulitnya yang putih mempesonaku. klitorisnya tipis menyiratkan keangkuhan wanita modist nan cantik. pahanya bersih tak bernoda. betisnya membentuk lekukan sempurna. pinggangnya seperti gitar, membuat lelaki manapun kalap. penisku tegang tingkat tinggi. tidak terlalu panjang, namun elegant dengan urat mengelilingi batangnya. layaknya sungai nil yang membentang panjang di tanah kekuasaan Fir'aun dahulu kala.

penisku telah siap memasuki vagina. tangan mami menuntun penisku memasuki vaginanya. dengan perlahan dan seksama, penisku terbenam didalam vagina mami. hangat. menjepit. namun, kenyal. mami sempat mendesah pelan. kemudian aku memulai aksiku. menggerakkan pinggulku maju mundur. penisku masuk dan keluar. seiring desahan mami yang makin sering. aku pun menikmatinya. kekasihku pun tak mempunyai vagina senikmat milik mami. geli yang sangat geli. aku terus menggenjot penisku. sambil sesekali meremas payudara bulat mami. kupilin-pilin putingnya. mami makin bernafsu. ia bahkan memelukku erat. aku masih dengan kesibukanku, memanjakan penisku didalam vagina milik mami. aku makin buas. aku makin liar. aku makin nakal. dan aku makin bergairah. kali ini dengan tempo yang cukup cepat, penisku melesak masuk kedalam vagina mami. pinggulku makin kencang. dan desahan mami makin kuat.

"aaaaaaahhh..Rezaaa.."
"uuuuhh..terus Za..te..teruuuss"
"aaaaahhh.."
aku mencabut penisku dari vagina mami. mami bangun dan melumat penisku dengan mulutnya. ini sungguh nikmat. kemudian mami memasang posisi seperti anjing. doggy style yang biasa kudengar. lubang anusnya terlihat jelas. bersih tanpa bulu. bokonya padat dan cukup besar. penisku sudah siap kembali bermain didalam vagina mami. mami memberi isyarat agar penisku segera beraksi. mami tak ingin kehilangan momentum. tanpa banyak cakap kutusuk vagina mami dengan penisku. mami kembali mendesah. segera kumainkan irama. payudaranya bergoyang-goyang. bulat, indah dengan puting mungil miliknya. tempo genjotan kupercepat. tubuh mami bergetar hebat. dan aku pun merasakan nikmat. desahan demi desahan kembali terlontar dari mulut mami.
"Za..ma..ma..mami mau keluar Za"
"aaaaaahhhh...aaaahhhh"

satu desahan kuat menandakan mami klimaks untuk yang kedua kalinya. tubuhnya bergetar makin hebat. lebih kuat dari sebelumnya. payudaranya kembali mengeras. penisku masih bergoyang memainkan irama. urat-urat yang mengelilingi batangnya mengeras. mami masih mendesah, klimaks yang kedua kali membuat ia menikmati permainanku. masih dengan doggy style, kupeluk tubuh mami dengan erat. sambil meremas payudaranya. peluh membasahi dahi mami. begitu pula dahiku. aku masih terus menggenjot pinggulku. penisku masih bermain-main. penisku masih aktif beraksi. dan sebentar lagi, aku pun hendak klimaks.
"mi... Reza..ma..aaaaahhh..mau ke..ke..aaaahh..keluar"
"aaaaahhh..keluarin aja didalem Za"
selang beberapa detik, air maniku membanjiri vagina mami. hangat. disusul dengan desahan mami yang cukup keras. terus kupompa air maniku, dengan gerakan maju mundur. basah. vagina mami basah. aku lemas. nikmat yang teramat nikmat. dengkulku lemas. tubuhku letih. kucabut penisku dan kurebahkan tubuhku disamping mami. penisku masih tegang, namun kemudian melemas. mami tersenyum dan mencium bibirku denga mesra. meninggalkanku diatas ranjang yang keletihan. ia beranjak ke kamar mandi. dan siang itu kami tidur bersama. aku bercinta dengan ibu tiriku sendiri.

setelah kejadian siang itu. jika ada kesempatan, tak segan-segan kami kembali bercinta.

follow kita di @kilas17plus yang mau berbagi cerita email kita ke baesembarang@gmail.com

Selasa, 18 September 2012

Ibu Kost Pemuas Nafsu

sudah tiga bulan aku menempati kamar petak ini. dan sejak itu pula aku tinggal di ibukota ini. yang kata kebanyakan orang, bahwa ibukota lebih kejam daripada ibu tiri. aku Amar (nama samaran), putra asli Solo. mahasiswa tingkat awal di sebuah perguruan tinggi swasta di jakarta. impianku sedari dulu memang menuntut ilmu di jakarta. pagi ini pun aku bersiap hendak menuju kampus tercinta. aku tak ingin telat seperti minggu lalu. aku harus menuruti peraturan kampus yang berlaku. aku sudah siap menuntut ilmu untuk hari ini. ku kunci kamarku, agar semua harta bendaku tetap aman terjaga didalam kamar kost-ku. sampai...

"Mar, mau berangkat kuliah?"
"eh,i..iya bu. ibu ngagetin saya" aku tergagap.

astaga, bu Nova (nama samaran) mengagetkanku. ibu kost yang terkenal ramah ini adalah janda beranak dua. suaminya meninggal setahun yang lalu akibat kecelakaan mobil. harta peninggalan suaminya hanyalah dua tingkat kamar kost yang kini menjadi sumber penghasilan bagi keluarga bu Nova. begitu ceritanya kepadaku beberapa bulan yang lalu. kedua anaknya tinggal diluar kota bersama adiknya. bu Nova tinggal di sebuah rumah mungil, tepat disebelah kost-ku. ia tinggal seorang diri, hanya ditemani seorang pembantu rumah tangga. bi Iyum (nama samaran) namanya.
bu Nova terkenal sebagai seorang yang sangat memperhatikan kebersihan. lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan kost, kamar kost, hingga dirinya. tak jarang aku melihatnya pergi ke sebuah salon di seberang jalan. ia merawat dirinya layaknya seorang gadis. kulitnya putih bersih. rambutnya ikal berwarna kemerahan. tubuhnya tak terlalu tinggi namun indah dipandang. kuku-kukunya pun sangat mengkilap. seolah tak pernah mengerjakan hal-hal berat. ia ibu kost paling cantik se-seantero komplek. tak jarang mahasiswa iseng menggodanya. namun, bu Nova hanya senyum ramah menanggapi candaan tersebut.

"maaf lho kalo ibu mengagetkan. eh, nanti malam ada tasyakuran dirumah ibu. dateng ya!"
"oh, nggak apa-apa kok bu. oiya, nanti saya dateng bu. jam berapa acaranya?"
"sekitar jam tujuhan. ajak temen kost yang lain ya Mar!"
"iya bu. nanti saya kabari temen-temen yang lain. saya berangkat dulu bu. mari"
"iya, mari" bu Nova melemparkan senyum.


Sudah tiga bulan ini pula aku sering sekali membantu bu Nova mengerjakan berbagai hal. Layaknya ibu yang sangat memerlukan anaknya. Sampai hari ini pun kedekatan kami sudah seperti anak dengan ibu kandungnya. Bu Nova kuanggap sebagai ibuku. Ibu saat aku berada di Jakarta.

sekitar pukul tujuh, rumah bu Nova sudah dipenuhi para penghuni rumah kost. mahasiswa dan mahasiswi berkumpul di acara tasyakuran bu Nova. entah tasyakuran dalam rangka apa, aku pun tak tahu menahu. aku duduk paling belakang. bersama teman sebelah kamarku. acara dimulai dengan sambutan oleh bu Nova. kurang lebih setengah jam acara berlangsung. setelah ditutup dengan doa, acara selanjutnya adalah makan-makan. di meja panjang sudah tertata rapi nasi dan lauk-pauknya. buah-buahan tak kalah memenuhi meja tersebut. belum lagi berbagai macam kue-kue yang tersaji. sangatlah lengkap. seluruh penghuni kost yang hadir menyantap makan malam yang disediakan oleh bu Nova. tak terkecuali aku.

"Amar, jangan naik dulu ya" pinta bu Nova.
"kenapa bu?" tanyaku.
"mau nggak bantuin ibu beres-beres sedikit. sedikit kok, nggak banyak"
"oh, iya bu"

aku membantu bu Nova membereskan rumahnya. dibantu dengan bi Iyum dan Pak Karta (nama samaran) seorang security. tak sampai sejam, rumah bu Nova sudah kembali rapi seperti sediakala. aku yang cukup letih menyandarkan tubuhku disebuah sofa empuk diruang tamu. bi Iyum telah masuk kamar dan beristirahat. begitu pula Pak Karta, sudah kembali ke pos jaga didepan gerbang.

"capek ya Mar? maafin ibu ya. jadi minta tolong sama kamu" bu Nova membawa segelas sirup dingin dan memberikannya kepadaku.
"ah, nggak apa-apa kok bu. makasih juga lho udah ngundang anak kost buat syukuran"
"iya, sama-sama. ini diminum dulu. ibu buatin spesial buat kamu"
"aduh, saya nggak enak nih. sampe dibuatin minum segala sama ibu"
"nggak apa-apa. nih minum!"
"iya bu"

tanpa basa basi langsung kutenggak gelas berisi sirup rasa jeruk. memang menyegarkan saat badan sedang letih. seketika dahaga pun hilang.

"makasih ya bu. saya pamit bu"
"lho? mau kemana?"
"mau naik. belum ngerjain tugas buat besok"
"sini dulu sebentar. temenin ibu bikin laporan keuangan kost ya. nggak lama kok. mau ya?" pinta bu Nova lagi.
"emmmmm..." aku ragu.
"ayo donk Mar. bantuin ibu sekali lagi. kamu kan mahasiswa ekonomi"
"iya deh. sebentar ya bu. soalnya saya juga ada tugas"
"iya, sebentar aja kok. yuk!"
"lho? kemana bu?" tanyaku.
"ngerjainnya diatas aja. disini nggak enak. yuk!"

aku pun menuruti kemauan bu Nova. kami naik kelantai atas rumah bo Nova. rumah yang sangat rapi dan bersih. tentu saja wangi. tata letak perabotan yang sungguh rapi.

"duduk disini aja ya Mar" bu Nova menyuruhku duduk di sofa besar berwarna hitam dengan bantal yang besar pula.
"iya"
"ibu ganti baju dulu. kamu mau minum lagi?"
"emmm..boleh deh bu. kebetulan masih haus nih"
"iya, nanti ibu bikinin. tunggu sebentar ya"
"siap bu"

bu Nova beranjak kedalam kamar. tak berapa lama keluar. memakai daster tipis berwarna putih dengan motif bunga-bunga yang membuatnya makin cantik dilihat. rambutnya diikat, terlihat jelas lehernya yang sangat putih. aku kikuk campur gugup. lalu bu Nova kebawah untuk membuatkanku minum. kemudian kembali lagi membawa segelas sirup dingin. lagi, tanpa perintah langsung kuhabiskan sirup tersebut.
bu Nova membawa buku besar, meminta bantuanku untuk membuat laporan pendapatan kost. angka demi angka kuselesaikan. jam dinding besar menunjukkan pukul sebelas malam. kepalaku pening. pandanganku buyar. napasku tersengal-sengal. ada apa ini? badanku pun mendadak panas. keringat memenuhi dahi.

"bu, kepala saya pusing. saya pamit pulang ya?"
"kenapa Mar? kalo pusing tiduran aja disini dulu"

dan... aku tak sadarkan diri.

mataku berat. ingin kubuka mataku, namun sangat berat. kupaksa membuka mata. dan... astaga, aku berada disebuah kamar. terlentang diatas sofa dengan tangan terikat. parahnya lagi, kemana semua pakaian yang kukenakan tadi. apa yang terjadi? kepalaku masih pening. badanku masih panas. lampu kamar memang mati, namun disisi kana dan kiri ranjang terdapat lampu remang-remang sebagai penghias. dimana aku? kemana bu Nova. yang aku ingat hanyalah angka-angka dalam buku bu Nova. dan hal terakhir yang kulakukan adalah meminum segelas sirup pemberian bu Nova.
tiba-tiba pintu kamar terbuka.
bu Nova masuk, masih dengan daster tipis berwarna putih yang ia kenakan tadi. ia mendekatiku dengan senyum nakal. mukaku merah padam. didepan ibu kostku, aku tak berpakaian. apa yang terjadi?
"jangan takut Mar. kamu cukup rileks dan menikmatinya"
"a..a..apa bu? kemana baju saya? kenapa saya diikat gini? ada apa i..."
"sssssttt..kamu tenang aja. diem aja ya"

bu Nova dengan senyum nakal yang masih terpampang dari bibirnya. tangan dan kakiku terikat. terlentang dengan kaki mengangkang yang diikat pula. bu Nova menciumi leherku. aku kaget setengah mati. menjilati terlingku, membuat bulu romaku berdiri. memainkan lidahnya di telingaku. kemudian menjalar ke leher dan di dadaku. puting kecilku dijilatinya. geli yang kurasakan. bu Nova menjilat putingku. menggigitnya sesekali. aku merasakan nikmat. senyum nakal masih terpancar dari wajah bu Nova.
setelah puting, bu Nova melancarkan jilatan lidahnya terus kebawah. ke perutku, ia terus memainkan lidahnya dengan lincah. lalu menjilati pusarku. aku mendesah merasakan nikmat. seketika penisku berdiri tegak. bu Nova masih dengan lidahnya yang makin nakal. akhirnya lidah bu Nova mendarat di penisku yang telah berdiri tegak. menjilatinya. kemudian tanpa basa basi, ia mengulum penisku. mulutnya aktif. lidahnya lincah. dalam ia lesakkan penisku kedalam mulutnya. desahanku kembali keluar.

"aaaaaaahh..buuuu"

ia meneruskan kulumannya. saking enak yang kurasakan, mataku terpejam. ototku menguat. uratku mengejang. bulu romaku makin tegang berdiri. cukup ganas bu Nova mengulum penisku. penisku berdiri maksimal. tangan bu Nova sesekali memilin-milin putingku. dan desahanku makin kuat. aku belum pernah merasakan hal seperti ini. ini pengalaman pertamaku. bu Nova sangat mahir meainkan lidahnya. penisku makin meninggi. hasratku makin besar. basah.

"bu..bu..a..a..aku mau ke..ke..keluar"
"yaudah keluarin aja Mar"

bu Nova terus mengulum penisku. mulutnya hangat. dan sebentar lagi aku klimaks. urat-urat makin menegang. otot-otot makin mengencang. dan akhirnya... kusemburkan cairan maniku didalam mulut bu Nova. banyak, ia terus memompa penisku. makin banyak cairan maniku keluar. aku merasakan nikmat yang sangat nikmat. sekujur tubuhku tegang. bu Nova masih saja memompa penisku yang masih menancap didalam mulutnya. kemudian menelannya. lalu kembali tersenyum.
bu Nova berdiri diatas ranjang. aku masih terlentang tanpa busana. ia melepas daster putihnya. dan baru kali ini kulihat tubuh wanita dengan payudara indah. kulit  putih. vaginanya ditumbuhi bulu-bulu halus. seperti habis dicukur. tubuhnya indah. lekukan pinggulnya menampakkan keseksian luar biasa. rambut ikalnya diikat. bu Nova meraba-raba vaginanya. sesekali menjulurkan lidahnya yang nakal. astaga, ia seolah berjoget didepanku. keelokan tubuhnya ia pamerkan dengan tarian erotis didepan mataku. mataku dimanjakan oleh keindaha tubuh bu Nova. payudara cukup besar, bulat dan indah. pantat yang cukup besar pula, namun padat berisi. puting yang menggoda ingin kuhisap dan kujilat. bu Nova sungguh sempurna.
seketika penisku kembali berdiri. urat-uratnya menonjol keluar. bu Nova masih menari erotis dihadapanku. dengan lekukan tubuhnya yang indah ia terus menggoyangkan pantatnya. kemudian ia berjongkok. berjongkok dihadapanku tanpa busana. memegang penisku, dan mengarahkannya menuju lubang vaginanya. aku gemetar. dengkulku lemas. astaga, selanjutnya apa lagi? penisku melesak masuk kedalam vaginanya. hangat. mataku sesekali mengerjap. ini lebih nikmat daripada kuluman mulut bu Nova. aku mendesah hebat. seluruh batang penisku masuk kedalam vagina bu Nova. kemudian dengan irama turun naik, ia menggenjot tubuhnya. penisku bergetar hebat. desahanku makin sering. begitu pula bu Nova.

"aaaaahhh..aaaaaahhh..amar..amar"

seiring dengan genjotan tubuhnya. payudaranya yang indah mengikuti irama turun naik. ingin sekali kujilat dan kuremas-remas payudaranya. bulat dengan puting mungil sangat menggoda. tubuhku menegang, seluruh bulu romaku berdiri. ini pengalaman pertamaku bercinta. masih dengan posisi berjongkok, bu Nova makin kuat menggenjot tubuhnya. desahan demi desahan terlontar dari mulutnya. tanganku tak bisa berbuat apa-apa.

"aaaaahhh..amarr..aaaaahhh"
"bu..bu...aaaaaahhh"

kali ini ia menyudahinya. mencabut penisku dari dalam vaginanya. kemudian berjongkok lagi. namun kali ini ia membelakangiku. terlihat jelas pantatnya yang sangat indah. putih bersih tanpa ada setitik tahi lalat pun. andai saja tanganku tak terikat. sudah kuremas sedari tadi payudara dan pantatnya yang menggoda. ia terus menggenjotku dengan irama turun naik. pantatnya bergetar, memainkan irama dan not yang sangat indah jika dipandang. kali ini dengan tempo yang cukup cepat. bu Nova terus menggenjot tubuhnya. dan desahan selalu keluar dari mulutnya.
"aaaaaahhhh..aaaaaahhh..aku mau ke..ke..keluar Mar" desahnya cukup kuat. memcah malam sunyi.
"a..a..aku juga bu.."

aku pun hendak klimaks untuk yang kedua kalinya. ia mencabut penisku lagi. dan kembali mengulangi posisi berjongkok menghadapku, seperti pada posisi pertama. kemudian menggenjot tubuh indahnya dengan cepat. penisku makin hangat. tubuhku makin nikmat. desahan pun makin sering. tangan bu Nova erat memelukku. vaginanya bergetar. kemudian cairan hangat membasahinya. namun ia terus menggenjot tubuhnya. tubuhku menegang. pelukan bu Nova makin erat. dan.... kusemburkan cairan maniku untuk kedua kalinya. banyak. didalam vagina bu Nova kusemburkan cairan maniku. desahanku kembali terlontar.

dan ini pengalaman pertamaku bercinta. bercinta dengan ibu kost-ku

follow kita di @kilas17plus yang mau berbagi cerita email kita ke baesembarang@gmail.com

Kamis, 06 September 2012

Aku Diperkosa 3 Lelaki Bejat


Aku masih berdiri menunggu taksi di sebuah halte. Orang-orang ramai berteduh di halte ini. Karena memang hujan sangat lebat mengguyur Jakarta malam ini. Aku Dea (nama samara), seorang karayawati di sebuah perusahaan swasta di ibukota. Sudah tiga tahun aku bekerja di perusahaan itu. Gaji yang cukup besar dan suasana di kantor yang membuat aku betah disana. Suasana kekeluargaan yang sangat kental.
Hujan makin lebat. Dan kakiku sudah mulai pegal berdiri menunggu taksi. Tak satu pun taksi yang lewat. Satu persatu orang yang berteduh pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, menembus derasnya hujan. Aku tak ingin berdesak-desakkan di bus kota. Selain tak nyaman dan kurangnya keamanan di dalam bus itulah yang membuat aku memilih taksi. Copet. Apalagi yang kadang membuat kita tak ingin naik bus kota.
Tinggallah aku bertiga dengan seorang bapak gemuk dengan tas besar dan seorang ibu yang masih berdiri di halte. Warung kecil yang menjual rokok dan minuman masih menerangi halte tempatku berteduh. Sudah dua puluh menit lebih aku berdiri menunggu taksi. Setiap kulambaikan tangan memanggil taksi, mereka hanya berlalu begitu saja. Sial sekali aku malam ini. Jam tanganku menunjukkan pukul 19.10 wib.

“mau pulang kemana mbak?” tanya bapak bertubuh gemuk.
“ke manggarai pak” jawabku.
“kenapa nggak naik bus aja mbak. Dari tadi kan banyak juga yang kosong”
“iya pak. Saya agak kapok naik bus”
“kenapa?” bapak itu bertanya kembali.
“pernah dua kali saya kecopetan”
“oh itu. Iyalah mbak, harus hati-hati kalo di bus kota”

Kemudian tak ada pertanyaan lagi yang keluar dari mulut bapak bertubuh gemuk. Ibu yang sedang diam memberhentikan sebuah taksi, dan ia mendapatkan taksi tersebut. Ah, sial sekali aku. Seharusnya aku yang menaiki taksi tersebut. Aku ingin cepat sampai kamar kost-ku. Badanku sangat letih hari ini. Selain menumpuknya pekerjaanku di kantor, aku juga harus kunjungan ke beberapa perusahaan. Untungnya besok hari sabtu, jadi aku bisa beristirahat lebih lama. Lamunanku buyar ketika sebuah mobil menepi ke halte tempatku berteduh. Seseorang keluar menuju warung kecil samping halte. Pria tersebut membeli sebungkus rokok. Dan kembali menuju mobil. Namun…
“Dea ya?” pria tersebut menegurku. Aku tidak mengenalinya.
“iya. Maaf siapa ya?” tanyaku.
“gue Tito (nama samara). Bulan lalu kan kita meeting bareng di Kemang. Inget nggak?” tanyanya.
“emmmm.. yang mana ya?” tanyaku masih meraba-raba.
“masa nggak inget sih? Kan yang presentasi gue”
“ooh iya gue inget. Bos lo yang orang cina itu kan?” aku mulai mengingatnya.
“hahahahahahaha. Iya iya. Bos gue emang orang cina. By the way, ngapain lo disini?”
“gue nunggu taksi. Dari tadi nggak dapet-dapet. Udah hampir setengah jam gue disini” jelasku.
“oh gitu. Ikut mobil gue aja yuk. Daripada kelamaan, nanti makin malem makin bahaya lho. Apalagi lo cewek sendiri disini”
“emmm.. gimana ya?”
“ayolah, gue sih terserah lo aja. Gue cuma niat baik aja sama lo”
Betul juga pikirku. Aku wanita sendiri yang berada di halte ini. Makin malam memang makin tak baik. Apalagi saat ini Jakarta sudah tak aman menurutku.
“boleh deh. Nggak ngerepotin lo nih?”
“ngerepotin apa sih? Santai aja kali. Yuk masuk!” ajak Tito.

Ternyata didalam mobil ada dua pria lainnya. Teman tongkrongan Tito. Aku berkenalan dengan mereka. Abi (nama samaran) dan Kris (nama samaran). Mereka bertiga berniat makan malam di sebuah restoran di daerah Salemba. Satu arah dengan rute pulang denganku. Aku bisa turun di Manggarai nantinya. Kami hanya mengobrol biasa, tentang kantor tempat Tito bekerja sampai kelakuan bosnya yang kadang membuatnya geram.
“lo ikut kita aja De!” ajak Tito.
“ah, nggak usah deh. Gue mau langsung pulang aja To”
“iya De ikut aja. Kita mau ngerayain ultahnya si Abi. Ikut aja!” ajak Kris.
“nggak deh, makasih. Itu kan acara kalian. Nanti kalo ada gue malah nggak seru lagi”
“nggak seru apaan sih? Biasa aja kali De. Ikut aja ya” Tito sedikit memaksa.
“iya ikut aja. Nanti juga ada temen cewek yang lain juga kok De. Jadi lo nggak sendirian” sambung Abi.
“emmm.. gimana ya?” aku masih berpikir.
Sebenarnya aku ingin sekali cepat pulang ke kost-an. Tapi berhubung mereka sudah berbaik hati memberiku tumpangan. Apa jadinya kalau aku tak bertemu Tito. Mungkin saat ini aku masih berada di halte dengan bapak gemuk. Jadi kuiyakan saja ajakan mereka. Toh hanya makan-makan biasa, apa salahnya agak telat sampai kost-an. Lagipula besok hari sabtu.
“oke deh, gue ikut. Tapi bener nggak ganggu acara kalian kan?”
“dijamin nggak ganggu 100%” sergah Abi.

Tak berapa lama mobil sudah terparkir disebuah bangunan bernuansa cina. Dengan dua patung besar berbentuk singa didepannya. Seorang pelayan pria bertubuh tegap membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Kami menaiki tangga menuju lantai dua. Lampu didalam ruangan agak remang-remang. Kami pun memasuki sebuah ruangan, seperti private room. Terdapat meja besar dengan sofa yang besar pula mengelilingi meja. Didepannya terdapat layar besar. Kalau kuperhatikan, ruangan ini mirip seperti ruangan karouke. Kami duduk di sofa besar. Tak lama seorang wanita dengan pakaian cukup seksi masuk membawa buku besar.

“mau pesen apa De?” tanya Tito.
“kita makannya disini?” tanyaku.
“iya. Sambil makan kita bisa sambil karouke. Bisa nonton film juga. Bisa party juga. Lo mau pesen makan apa?” jelas Tito.
“hmmm.. apa ya? Gue ikut aja deh” jawabku.
“kok ikut aja? Nih, lo liat dulu” Tito menyerahkan buku besar yang ternyata buku menu.
Aku membuka halaman demi halaman buku menu. Dan tak satu pun yang kukenal macam-macam makanannya. Paling hanya beef steak dan bebek peking. Mungkin ini restoran cina. Jadi kuputuskan untuk memesan beef steak dan segelas orange juice. Sedangkan Tito, memesan makanan yang tak kuhapal namanya. Begitu juga Abi dan Kris. Setelah pesanan kami di catat, wanita seksi itu pun meninggalkan ruangan.
“kita nyanyi-nyanyi dulu kali ya. Sambil nunggu makanan” kata Kris.
“boleh. Nyalain aja Kris” lanjut Abi.
“eh, katanya ada temen-temen cewek lo yang lain?” tanyaku kepada Tito.
“iya, bentar lagi mungkin sampe. Kenapa sih De?” jawab Tito.
“nggak apa-apa kok. Gue Cuma tanya aja”
Kris yang paling ngocol diantara mereka bertiga sudah teriak-teriak melantunkan lagu. Otakku dangkal kalau ditanya musik. Aku hanya menikmati suasana. Sesekali tertawa jika Kris melontarkan leluconnya yang membuat perut sakit. Tak lama, pesanan kami datang. Beef steak-ku dan makanan lainnya sudah terhampar di meja besar. Meja ini sudah dipenuhi makanan dan beberapa botol minuman. Menurutku hal seperti ini tidaklah tabu. Di kantorku pun minuman beralkohol dan sejenisnya seringkali disediakan, jika kantor mendapat tender besar dan harus dirayakan. Aku pun kadang ikut menenggak beberapa loki minuman.

Kami pun menikmati makanan. Saling berbagi makanan. Saling cicip-mencicipi makanan. Seolah sudah kenal bertahun-tahun, aku pun tak canggung lagi dengan ketiga pria tersebut. Disela-sela makan, Kris masih saja membuat kelucuan. Hingga membuat Abi tertawa sampai terbatuk-batuk. Ruangan ini memang milik kami. Kami bebas tertawa terbahak-bahak dan tak ada seorang pun yang protes. Lama kami bersenang-senang di ruangan tersebut. Belasan lagu telah kami nyanyikan. Piring kotor bekas kami makan pun telah diangkat. Yang tersisa di meja hanya botol-botol minuman den beberapa gelas. Seorang pelayan kembali datang mengantarkan dua botol minuman dan empat piring kacang.
“eh, nambah nih?” tanyaku.
“malem masih panjang De. Santai aja kan?” tanya Abi.
“iya sih”

Aku sudah menghabiskan empat gelas minuman beralkohol. Kepalaku sudah dihantui pusing. Berat. Tubuhku pun sudah agak lunglai. Tapi kami masih tertawa dan terus menuang minuman kedalam gelas. Tito terus memberiku gelas yang penuh. Walau kutolak, ia tetap memaksaku. Dan akhirnya, mau tak mau aku pun terus meneggak minuman tersebut. Puncaknya, tubuhku sudah benar-benar lunglai. Lemah tak berdaya. Kepalaku sudah berat. Aku setengah sadar. Aku bersandar pada sofa besar. Masih memperhatikan layar besar didepan meja yang memutar video karouke. Disampingku, duduk Tito memegang gelas penuh berisi minuman.
Tito mulai merangkul pundakku. Aku menepisnya. Jujur, aku mabuk. Namun aku masih sadar. Setengah sadar tepatnya. Ia terus mencekokiku minuman. Dan aku tetap mengangguk menerimanya.
“kalo pusing. Tiduran aja De” suruh Tito.
“nggak apa-apa nih kalo gue tiduran disini?” tanyaku.
“enggak apa-apa. Ini di booking sampe pagi kok” jawab Tito.
Tak apalah aku merebahkan sesaat tubuhku. Nantinya juga akan dibangunkan jika acara mereka sudah selesai. Tapi Tito memberikan segelas minuman, begitu ingin kurebahkan tubuhku.
eits, minuman terakhir sebelum lo tidur. Wajib lo habisin. Ayolah”
“To, kepala gue udah pusing banget. Udah ya”
“gelas terakhir De. Biar sisa minuman yang lain gue habisin bertiga. Oke”
Aku pun menurut saja. Kutenggak isi gelas dengan cepat. Habis tak bersisa. Kemudian senyuman Tito terpancar dari mulutnya. Aku pun akhirnya merebahkan tubuhku. Kepalaku terasa pusing. Lalu aku tertidur…

Berapa lama kutertidur? Kepalaku masih berat. Otakku pun masih setengah sadar. Badanku panas. Apa yang terjadi? Kubuka perlahan mataku. Astaga, kaget bukan main. Aku mendapati tubuhku tak berbusana. Dan kulihat Abi sedang asik melumat puting payudaraku. Aku ingin berontak. Namun tubuhku sangat lemas. Aku ingin teriak, namun mulutku seperti terkunci.
“eh, Dea udah bangun” kata Abi disela-sela lumatan mulutnya.
Kris lalu mendekatiku. Menghampiri wajahnya dekat kearah wajahku. Bibirku dilumat Kris. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku tak bisa bergerak. Kurasakan payudaraku diremas kuat. Putingku kembali dilumat. Geli. Kris pun nampak tak berbusana. Pandanganku kabur. Mataku buram. Kris masih terus melumat bibirku. Kemudian ia berdiri, menunjukkan penisnya yang besar. Tegang dan berurat. Mulutku dibuka lebar olehnya. Dimasukkannya penis besarnya kedalam mulutku. Aku hampir tersedak. Maju mundur gerakan penis Kris didalam mulutku.

Putingku masih dijilat. Payudaraku masih terasa diremas. Namun apa ini? Astaga, kini giliran vaginaku yang merasakan gerakan aneh. Kenapa tubuhku tak bisa kugerakkan. Ingin kuberontak. Tenagaku tak ada. Mataku melirik kearah vaginaku. Tito yang sedang asik menjilati klitorisku. Lidahnya lincah bermain. Nikmat, namun aku tak ingin semua ini. Tubuhku bergetar, sungguh nikmat permainan lidah Tito. Abi pun sungguh lihai memainkan lidahnya, putingku nikmat. Geli yang sangat geli. Kris masih asik memanjakan penisnya di mulutku.
Kini mereka bergantian. Tito, kali ini memasukkan penisnya kedalam mulutku. Kris menggarap payudarku. Diremas dan dijilati. Sementara Abi dengan penis tegangnya, menuju vaginaku. Pahaku dibuka lebar-lebar. Dengan posisi mengangkang, Abi membenamkan penis besarnya kedalam vaginaku. Perlahan-lahan bergerak maju mundur. Vaginaku bergetar. Penisnya Tito masih didalam mulutku. Terkadang suara desahan Abi kudengar.

“aaaahhh..aaaahhh” desahan Abi, sesekali menampar-nampar pelan pantatku. Perih.
“aaaahhh..aaaahhh” Tito pun tak kalah dengan Abi.
Gerakan penis Abi makin cepat. Aku hampir klimaks. Vaginaku bergetar hebat, tak berapa lama cairan membasahi vaginaku. Hangat. Aku klimaks. Tubuhku ikut bergetar. Bulu romaku berdiri.
“aaaaahhh..aaaaahh” desahan Abi makin keras, disertai gerakan maju mundur penisnya yang makin cepat.

Kemudian ia mencabut penisnya. Memuntahkan cairan maninya diatas payudaraku. Hangat. Kental. Ia terus memompa cairan maninya hingga habis. Kris masih asik memeras payudarku yang banjir oleh cairan mani Abi. Dan Tito masih dengan penis menancap dalam mulutku. Kemudian kudengar tawa senang dari Abi. Laki-laki berengsek!
Tubuhku masih tak bisa digerakkan. Mungkin mereka memberiku sesuatu. Mungkin obat atau apalah. Yang jelas malam ini aku diperkosa oleh tiga orang lelaki bejat yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.
Kali ini giliran Kris menggagahiku. Kepala penisnya diusap-usap dimulut vaginaku. Geli. Kemudian dengan segera ia lesakkan seluruh batang penisnya. Kali ini lebih besar. Penis Kris lebih besar dari penis Abi. Mataku terbelalak. Dadaku sesak. Tubuhku tak bisa bergerak. Aku tersedak. Kris memainkan penisnya maju mundur. Pahaku dibentangkan lebar. Sambil terus penisnya menari didalam vaginaku, sesekali Kris memainkan jarinya menggelitik klitorisku. Nikmat. Aku menikmati permainan Kris. Keringat Kris terlihat membasahi jidat lengangnya. Tangan besar penuh urat mencengkram kuat payudaraku. Meremasnya. Memainkan jari-jarinya pada putingku.

“aaaahhh..Deaaa aaaaahhh..Dea..” Kris mendesah pelan.

Ia menindih tubuhku. Merebahkan tubuhnya yang tinggi diatas tubuhku. Tangannya melingkar di pinggangku, memelukku kuat. Sambil terus menggoyangkan penisnya. Penis besarnya masih menancap didalam vaginaku. Sesekali dengan tempo yang cepat, Kris terus menggoyangkan pinggulnya. Vaginaku panas.

“aaaaaahhh.. Deaaaa” desahannya memanggil namaku. Dasar bajingan.

Tak dipungkiri, aku menikmati saat Kris memainkan penisnya. Ia sangatlah ahli. Tubuhku makin merasakan nikmat. Bulu romaku kembali berdiri. Vaginaku memberi sinyal, sebentar lagi aku hendak klimaks. Klimaks yang kedua, setelah Abi terlebih dahulu menggagahiku. Dan, tak berapa lama aku kembali klimaks. Vaginaku kembali banjir. Cairan hangat memenuhi relung vaginaku. Kris masih terus dengan gerakan maju mundur. Penis besarnya masih setia di dalam vaginaku. Desahannya kali ini lebih sering.
“aaaaaahhh..aaaaahhh”
“aaaaahhh..Deaaaa aaaaahhh”

Kris mencabut penis besarnya. Memuntahkan cairan maninya di mulutku. Jijik. Sangat banyak dan kental. Berwarna putih. Dalam sekejap mulutku dipenuhi cairan mani Kris. Ia terlihat letih setelah menggagahiku. Letih namun nikmat. Dan kembali kudengat tawa lepas, kali ini Kris dan Abi yang tertawa. Disusul tawa dari Tito. Astaga, tubuhku masih saja tak bisa digerakkan. Kali ini makin lemas. Tenagaku habis tak bersisa, setelah dua lelaki bajingan memperkosaku. Memberiku minuman yang membuat tubuhku tak bisa digerakkan.
Tito sudah pada posisi. Penis panjangnya sudah berada didepan vaginaku. Tangannya menuntun penisnya masuk kedalam vaginaku. Dengan cepat ia menggenjot pinggulnya. Gerakannya lincah. Ia terus membenamkan penis panjangnya kedalam vaginaku, smbil meremas payudaraku. Menggelitik putingku. Makin cepat gerakan Tito. Vaginaku ikut bergetar cepat. Kali ini mulutnya yang memainkan putingku. Dijilatinya putingku. Sesekali digigit-gigit. Membuat gairahku meninggi. Kemudian menyedotnya kuat. Aku makin bernafsu. Namun tubuhku masih tak dapat digerakkan. Tangannya meremas payudaraku, lidahnya menjilati putingku, dan penisnya masih keluar masuk kedalam vaginaku. Gairahku memuncak.

Tito masih terus menggagahiku. Dan masih terus meremas payudaraku. Vaginaku kembali bergetar. Akan klimaks untuk yang ketiga kalinya mungkin. Mataku memejam. Tanganku mencengkram kuat sofa. Pahaku masih terbuka lebar. Membentang. Dan Tito masih terus menggoyangkan pinggulnya. Kali ini makin cepat. Aku hampir klimaks. Benar saja, tak berapa lama vaginaku memuntahkan cairan hangat. Tubuhku bergetar hebat. Vaginaku geli. Dan Tito terus saja menggagahiku. Penisnya masih kuat bermain-main didalam vaginaku.
Tito mencabut cepat penisnya. Memuntahkan cairan maninya diatas payudaraku. Cukup banyak. Memompa terus penisnya, berharap cairan maninya keluar hingga tetes terakhir. Pahaku masih terbuka lebar. Dan tubuhku masih tak dapat digerakkan. Kris membersihkan cairan mani yang memenuhi tubuh dan mulutku. Dibantu oleh Abi. Tito mengenakan pakaiannya. Aku menangis sejadi-jadinya. Pipiku basah oleh air mata. Kemudian Kris dan Abi berpakaian. Tito memakaikan kemeja dan celanaku. Dan tubuhku masih saja tak bisa bergerak.

Abi melemparkan berlembar-lembar uang pecahan seratus ribu diatas tubuhku. Kemudian mereka bertiga berlalu. Meninggalkanku dengan tawa puas usai memperkosa diriku. Tinggallah aku sendiri didalam ruangan dengan tubuh yang tak bisa kugerakkan. Dasar lelaki bajingan !!!


follow kita di @kilas17plus 
yang mau berbagi cerita email kita ke baesembarang@gmail.com

Minggu, 26 Agustus 2012

Panasnya Bercinta Dengan Kakak Sahabatku

"dra..kapan ngerjain tugas nih? besok dikumpulin cuy!!!" tanyaku pada sahabatku.
"sekarang aja deh, kita ngerjain dirumah gw"

aku dan hendra memang satu kelompok untuk menyalesaikan tugas analisa perancangan sistem. tugas yang belakangan ini membuat otakku sedikit kacau. aku dan hendra berteman sejak semester awal. entah hal apa yang membuat kami bisa berteman sampai saat ini. tapi yang jelas hendra teman terbaikku dikelas. saking akrabnya kami untuk menginap dirumahnya pun sudah hal biasa bagiku. smua anggota keluarganya pun mengenalku. ya, jhoni darmawan (nama samaran) itulah aku.
mobil hendra melesat membelah jalan ibu kota. matahari sore memancarkan sinar kekuningan. membuat pemandangan gedung bertingkat menjadi lebih indah. waktu di jam tanganku menunjukkan jam 4 sore. lalu lintas saat ini belum terlalu padat. hendra pun makin menginjak dalam pedal gas mobilnya, membuat perjalanan kami menuju rumah hendra lebih singkat. rumah 2 lantai dengan pekarangan yang luas berdiri kokoh.

"masuk jhon, bokap nyokap gw lg gak ada" ajak hendra.
"mang bokap nyokap lo kemana?"
"lagi ada acara di surabaya"
"oh" jawabku singkat.

kami pun masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga hendra. sangat beruntung bocah ini. di beri harta yang cukup berlimpah. menaiki tangga menuju kamar hendra di lantai dua. kamar cukup besar dengan fasilitas dan elektronik yang cukup lengkap. tv flat, ac, dvd, dan lai-lain.
"tuh jon laptopnya. tinggal pake aja. gue mandi dulu ya"
"gue bingung mulai dari mana nih ndra?"
"catetannya ada di file gue. lo copy paste aja. nanti tinggal tambahin"
"oke deh"

aku mulai mengutak atik tugas yang membebaniku saat ini. dengan sedikit usaha dan pikiran akhirnya selesai sebagian. hendra keluar dari kamar mandi. rambutnya masih basah. handuk masih membelit di pinggangnya. aku masih duduk di depan laptop dengan pikiran yang mulai jenuh dengan tugas.
"kenapa lo jhon?" tanya hendra.
"mumet nih gue. lo lanjutin nih. ntar tinggal di gabungin"
"hahahahahahahaha. gue kira lo kenapa? yaudah istirahat dulu sana!"

bi yum datang membawa nampan berisi se-pitcher besar sirup dan sepiring wafer coklat ke kamar hendra.

"saya kira siapa? nggak taunya mas jhoni. monggo di minum mas"
"makasih bi yum"

bi yum, pembantu rumah tangga keluarga hendra sejak dulu. sangat setia melayani keluarga hendra. bi yum kenal akrab denganku karena aku memang sering menginap dirumah hendra. tak asing lagi wajahku di kediaman keluarga hendra.
"sana lo istirahat! sini biar gue yang lanjutin" sergah hendra.
"eh, kakak lo mana ndra?" tanyaku seraya merebahkan badan di atas renjang empuk.
"siapa? gia?"
"ya kakak lo emang siapa lagi selain si gia"
"hehehehehehehe. nggak tau gue. paling dirumah temennya"

gia (nama samaran), kakak perempuan hendra. gadis dengan tinggi semampai dan rambut terurai agak pirang. yang selalu bercanda dan berbincang denganku. gadis supel dan baik. anak tertua di keluarga ini sedang menyelesaikan studinya di sebuah universitas ternama di ibukota. namun sedari tadi tak kulihat wajah oval miliknya.
hari makin senja. matahari makin tenggelam di ufuk barat. awan makin gelap dan lampu telah dinyalakan. hendra masih setia duduk di depan laptop, menggerakkan jarinya memijit-mijit huruf demi huruf di keyboard. kata demi kata bermunculan di layar monitor. dan hampir selesai tugas kelompok kami. jari hendra terhenti karena dering telepon genggam miliknya.

"iya sayang..." kata-kata hendra menutup pembicaraannya di telepon. pasti itu liza (nama samaran), cewek asal jogja yang ia pacari sejak setahun yang lalu. wajahnya ayu khas orang jawa, dengan alis tebal dan bulu mata lentiknya. pipinya agak tembem. giginya berhiskan kawat dengan karet warna-warni sebagai hiasan.
"jhon, gue cabut bentar ya. si Liza minta jemput"
"yaaahh, sendirian dong gue disini?"
"yaelah lu.. kayak baru pertama kali aja kesini. biasanya juga semaunya aja disini"
"kan nggak enak kalo nggak ada lo"
"udah, gue cabut dulu. kalo mau butuh apa-apa minta ama bi yum aja. cabut ya!"
"iye iye"

tugas kami hampir selesai. aku melanjutkan mengerjakan tugas. tak apalah, nanti biar hendra yang menjilidnya. kurang dari seperempat jam tugas pun telah kuselesaikan. lelah bercampur lapar yang kini kurasakan. ada baiknya minta bi yum membuatkan mie goreng untukku. aku keluar kamar, menuruni tangga menuju dapur. angka digital di arlojiku menunjukkan pukul delapan. namun rumah ini sangat sepi. tak ada suara. kulihat kamar bi yum, lampunya telah padam. pertanda beliau telah tidur. terpaksa kubuat mie goreng sendiri. tak berapa lama, terdengar suara gerbang depan terbuka dan gerungan suara mobil memasuki pelataran. mungkin hendra dan liza datang. jika meraka datang, lebih baik tidak usah membuat mie, pikirku. karna pasti nanti liza akan mengajak kami makan biasanya.
setelah kuintip melalui jendela ruang tengah. ternyata bukan hendra, melainkan gia. gia keluar mobil dengan terburu-buru. membuka pintu rumah dengan gegas. langkahnya sempat terhenti ketika melihatku di depan meja makan. kemudian ia naik ke lantai atas, dan masuk kedalam kamarnya. belum sempat aku menyapanya, ia sudah mengurung diri dalam kamarnya dan rumah ini kembali sepi. diam. kulanjutkan membuat mie untuk makan malamku.

sedang asik menikmati mie goreng sambil menonton film, tiba-tiba pintu kamar hendra diketuk. aku bergegas membuka pintu. gia berdiri di depan pintu dengan mata yang basah. aku hanya terdiam.
"lo punya rokok jhon?" tanya gia.
"eh..emm..a..punya kok" aku gagap.
"gue minta donk!"
dengan sigap kuambil rokok yang tergeletak didepan tv. aku tidak berani bertanya, ada apa sebenarnya. menurutku itu bukan permasalahanku. jika kubertanya, yang kutakutkan gia malah marah kepadaku.
"makasih jhon" ia pun berlalu.
"emm..gi" mulutku tiba-tiba berbicara dengan otomatis. ah, bodohnya aku!!
"kenapa jhon?"
"a..a..ada yang bisa gue bantu?" tanyaku gagap.
gia hanya membalas dengan senyuman. kemudian beranjak pergi meninggalkanku. tak kuhabiskan mie goreng sisa tadi. tangisan gia dan mata yang basah mengganggu pikiranku. aku keluar mencari udara segar. duduk didepan kolam renang sambil menikmati secangkir kopi.
"jhoni..jhon.." panggilan gia membuyarkan pandangan kosongku.
"kenapa gi?"
"boleh gue duduk bareng lo disitu?"
"ya bolehlah. ini kan rumah lo"
kemudian gia menghampiriku. duduk di bangku sebelahku. aku kembali diam.
"gue abis dioutusin jhon" kata gia membuka obrolan.
"sama si Yudit (nama samaran)?" tanyaku.
"iya, padahal gue udah pacaran empat tahun. tiba-tiba aja dia mutusin gue dan ngasih undangan pernikahan"
"aduh, yang sabar ya gi"
"iya, gue harus belajar terima keputusan kalo ini yang terbaik"
"lo kan masih punya keluarga yang sayang banget sama lo. lo punya temen-temen yang baik-baik juga. lo punya semua orang yang sayang sama lo. jadi, lo harus kuat gi"
gie hanya tersenyum.
"makasih jhon. kata-kata lo dalem. gue emang harus kuat"
"iyalah. ada gue kok gi. ya, walaupun gue nggak berarti apa-apa. hehehehehehe"
"hahahahahahaha" gia tertawa lebar.
"saat ini lo berarti banget buat gue jhon. lo udah tenangin hati gue. makasih ya jhon"
"iya sama-sama. buat kakak sahabat gue apa sih yang enggak"
"jhon!"
"ya, kenapa gi?"
"gue boleh peluk lo nggak?"
aku kikuk. aku diam. mematung.
"emmm..bo..boleh kok. boleh. kalo itu bikin hati lo tenang"
gia memelukku erat. hangat. wangi tubuhnya sangat khas. rambutnya lurus terurai. ku elus-elus rambutnya. cukup lama kami berpelukan. 
"jhon, lo mau kan temenin gue malem ini?" tanya gia. pertanyaan yang aneh menurutku.
"i..iya. gue temenin lo malem ini"

wajah gia mendekat kearah wajahku. matanya terpejam. aku makin kikuk. gia mencium bibirku. aku hanya diam. tak membalas. dilumatnya bibirku. lidahnya bermain. aku tetap diam. gia makin buas menciumi bibirku. akhirnya kubalas cium. melumat bibirnya. memainkan lidahku. basah. bibirku dan bibirnya basah. pelukan gia makin erat. makin hangat, hingga akhirnya panas. tak hanya bibirnya yang bermain. tangan gia perlahan-lahan menjamah tubuhku. memilin-milin puting kecilku. aku terangsang. tubuhku bergetar. dan kami masih saling melumat bibir.
kali ini tangan gia makin nakal. resleting jeans-ku dibukanya. merogoh isinya. mengusap-usap pelan penisku. seketika penisku tegang tingkat tinggi. tangannya aktif membuka ikat pinggang dan kancing jeans-ku. di buka jeans dan cd-ku. penisku menjulur keras. menegang dan besar. gia hanya tersenyum melihat ukuran penisku. ia mengambil posisi jongkok. kemudian melumat penisku. lidahnya lincah bermain. maju mundur kepalanya memainkan penisku. aku keranjingan. namun, was-was juga menghantuiku. jika ternyata hendra pulang. apa yang harus kulakukan?
"gi, kalo hendra pulang gimana?"
ia menghentikan lumatannya.
"kita ke kamar tamu aja yuk!"
kamar tamu yang letaknya di halaman belakang memang kamar yang cukup nyaman. tak pernah ada yang menempati. dan permainan mulut gia dilanjutkan di kamar ini. diatas ranjang yang empuk dan suhu dingin yang dihembuskan dari ac.
aku terlentang dengan penis berdiri menjulang. gia masih dengan senang terus melumat penisku. sambil melepas pakaiannya, terus ia lumat penisku. mataku terpejam merasakan nikmat yang luar biasa. payudara mungilnya menggantung indah di tubuh putihnya. putingnya merah kecoklatan. tak sabar ingin kugigit-gigit puting payudaranya. gia menyudahi permainan mulutnya. kini aku yang melahap vaginanya. kujilat-jilat klitorisnya, sambil memilin-milin puting payudaranya. ia mendesah pelan. sangat pelan.

"aaaaahhh..jhoniiii"
terus kujilati klitorisnya. sesekali menyedotnya dalam-dalam. memainkan lidahku dengan nakal. gia makin terangsang. kini kumainkan payudaranya. kuhisap putingnya yang mungil menggoda. sesekali kuperas dan kuremas kuat payudaranya. ia keranjingan. desahan demi desahan terlontar dari mulutnya. aku masih asik memainkan payudaranya. bentuknya yang mungil membuatku makin terangsang. kini kami sudah bugil sepenuhnya. tak selembar kain pun menutupi tubuh kami. dua jariku asik mencolok-colok vaginanya. sementara mulutku masih terus menghisap puting gia. tubuhnya bergetar. kukunya mencakar punggungku. gia sangat terangsang.
"aaaahhh..jhoniii...jhoniii"
"aaaaahhh.."
"masukin jhon..pelan-pelan yaaa" pintanya.
perlahan penisku memasuki lubang vaginanya. rapat. licin. hangat. nikmat. sungguh nikmat. vaginanya mencengkram erat penisku. gia mendesah pelan. tangannya mencakar-cakar sprei. kugoyangkan pinggulku. maju mundur. penisku menari didalam vaginanya. aku menindih tubuh gia yang kecil. pahanya terbuka lebar. bulu-bulu kemaluannya agak jarang. menambah keindahan vaginanya. sambil terus penisku bermain di dalam vaginanya, lidahku tetap menjilati puting payudaranya. warna merah kecoklatan. aku terus menggoyangkan pinggulku. vaginanya sungguh rapat. rasanya hangat dan nikmat. tak kusadari peluhku membasahi jidat. terus kugenjot tubuh gia. sesekali dengan tempo yang cukup cepat.
"aaaaaahhh..aaaaahhh.." gia mendesah hebat.
"terus jhoni...teruuuusss..aaaaaahhh"
makin kutambah kecepatan goyangan pinggulku. gia pun berkeringat. terus ku genjot tubuhnya, sambil kuremas-remas payudaranya. gia memelukku erat. lagi-lagi kukunya mencakar punggungku. sakit pun kuhiraukan. vaginanya basah.
"aaaaaahhh..jhoniiiiii"
"uuuhhh..uuuuhhh.."
desahannya membuatku makin terangsang. penisku menikmati rapatnya vagina gia. payudaranya bergoyang-goyang seiring genjotanku. penisku terus menghujam vaginanya.
"aaaaaahhhhh..aahhhh..jhoniiii"
"jhoniii..gue mau keluar jhon.."
"aaahhh..aaahhh"
"terus jhoniiiii..teruuusss..aahhh"
desahannya makin sering. hantaman penisku makin kuat. kemudian cairan hangat membanjiri vaginanya. ia klimaks.
"aaaaaaaahhhhh..aaaaaahhhh"
aku pun hampir klimaks. ku percepat goyanganku. penisku makin panas.
"gu..gu..gue..hhaaahhh..hhaaahh..mau keluar gi..hhaaahh" dengan napas terengah-engah.
"keluarin di badan gue aja jhon..aaaahhh..aaaahhh"
penisku bertambah panas. vaginanya telah banjir. dan aku pun hendak klimaks. kucabut penisku dari dalam vaginanya. kusemburkan cairan maniku di atas payudaranya.
hangat. nikmat.
"aaaaaahhh..aaaaaahhh" terus kupompa keluar cairan maniku. membanjiri payudara putihnya.
"aaaaaahhh..terus jhoniiii" pinta gia.
gia melumat penisku. menyedot habis cairan maniku. tubuhku gemetar nikmat. bulu romaku berdiri. terus ia jilati penisku. tak ia hiraukan payudara putihnya yang basah oleh maniku. terus melumat penisku. hingga akhirnya ia mencium keningku mesra...




( bisa follow kita di @kilas17plus )
( yang mau share cerita atau pengalamannya bisa email: baesembarangan@gmail.com